Kepala Sekolah PAUD, KB, TK Masehi, Kudus, Agustin Ratna Ayuningsih. Foto: Medcom.id/Citra Larasati
Kepala Sekolah PAUD, KB, TK Masehi, Kudus, Agustin Ratna Ayuningsih. Foto: Medcom.id/Citra Larasati

PAUD Masehi Memikat Hati Kemendikbudristek, Kepsek: dari Kabupaten Kecil Diundang ke Jakarta

Citra Larasati • 12 Juni 2024 16:31
Jakarta:  Menjadi salah satu Sekolah Penggerak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Belajar dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Kudus Jawa Tengah, tak hanya membuatnya menarik hati para orang tua calon siswa di setiap tahun ajaran baru.  PAUD KB TK Masehi juga ternyata menarik perhatian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
 
Beberapa waktu lalu, PAUD yang terletak di Kyai H. Wahid Hasim No.89, Krajan, Panjunan, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus ini mendapat undangan langsung dari kementerian di bawah Nadiem tersebut.  "Kami salah satu Sekolah Penggerak yang belajar Kurikulum Merdeka. Kami sekolah binaan Djarum Foundation dari kabupaten kecil yang pernah diundang Kementerian ke Jakarta untuk membuat modul ajar," kata Kepala Sekolah PAUD, KB, TK Masehi, Kudus, Agustin Ratna Ayuningsih, ketika ditemui di sekolah tersebut, Selasa, 11 Juni 2024.
 
Agustin kemudian menceritakan, PAUD pimpinannya ini menerapkan metode belajar yang berpusat pada anak dan mengangkat kearifan lokal. Tak hanya itu, Agustin juga mengatakan, jika PAUD Masehi telah menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) besutan Kemendikbudristek.

"Di sini sudah menerapkan P5 sedini mungkin tanpa meninggalkan kearifan lokal, kami juga sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak PAUD," ujar Agustin.
 
Profil Pelajar Pancasila merupakan ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
 
PAUD KB dan TK Masehi memilih metode belajar yang berpusat pada anak.  Sebisa mungkin, kata Agustin, sekolah memfasilitasi kesukaan anak terhadap permainan yang disukainya.  
 
Sekolah juga menggunakan sejumlah media belajar untuk memperkenalkan berbagai materi ajar dan permainan.  Mulai dari membuat proyek makanan tradisional hingga Market Day yang menjadi ajang memperkenalkan kewirausahaan pada anak sejak dini.
 
"Tahun lalu kami membuat proyek makanan keciput.  Tahun ini kami bersama anak-anak membuat kue widaran dan stik bawang yang menjadi makanan ciri khas di Kudus," kata Agustin.
 
Siswa diajak membuat kue mulai dari membuat adonan, hingga tahapan-tahapan lain yang aman dengab pengawasan para guru.  "Ini mirip dengan main play doh. Mereka diajarkan hingga memotong dan lain-lain. Kalau menggoreng itu bagian kami para guru, karena berbahaya dengan minyak panas," beber Agustin.
 
Sejumlah metode belajar yang menarik ini merupakan buah dari pelatihan dari Djarum Foundation.  "Kami sekolah binaan Djarum Foundation. Kami diajarkan menyiapkan ragam permainan, anak dapat memilih, kami mengamati, mengeobservasi bakat bermain anak di mana," terangnya.
 
Setelah widaran dan stik bawang menjadi kue, peserta didik pun diajak bermain peran, yakni menjadi penjual dan pembeli dalam Market Day.  “Tapi bukan benar-benar diajarkan untuk menjual. Kami kenalkan lewat permainan. Misal, kita buat situasi bermain di mana ada penjual dan pembeli di pasar. Dari situ anak pun lebih dini tahu adanya situasi entrepreneurship,” ujar Agustin.
 
Agustin mengatakan, pembelajaran yang mengedepankan praktik langsung dinilai lebih mampu meningkatan capaian pembelajaran. Bukan hanya kepada siswa, guru diberi kebebasan untuk menerapkan pola pembelajaran yang dibalut dalam permainan kepada anak. 
 
“Yang terpenting di dalamnya ada nilai capaian, seperti dalam nilai agama dan budi pekerti,” tutupnya. 
Baca juga:  siAndung Esmaku SMPN 5 Kudus, Curhat Bullying Kini Semudah Menggerakkan Ujung Jari

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan