Floriandi Dike Menepalolon, delegasi dari NTT untuk Program SabangMerauke. Foto/Dok, SabangMerauke.
Floriandi Dike Menepalolon, delegasi dari NTT untuk Program SabangMerauke. Foto/Dok, SabangMerauke.

Kisah Pelajar yang Lolos Program SabangMerauke

Ikut Seleksi Wawancara 'SabangMerauke' Sambil Berkebun

Muhammad Syahrul Ramadhan • 11 Juli 2019 18:41
Jakarta:  Floriandi Dike Menepalolon merupakan salah satu delegasi dalam kegiatan Adik SabangMerauke (Seribu anak bangsa merantau untuk kembali) asal Nusa Tengara Timur. Ia mengaku sebelumnya tidak tahu tentang SabangMerauke, bahkan mendaftarkan diripun tidak.
 
Rian mengatakan, ia didaftarkan untuk mengikuti program pertukaran pelajar SabangMerauke oleh gurunya. Untuk belajar tentang toleransi, dengan tinggal sementara bersama sebuah keluarga yang berbeda suku dan agama.
 
"Saya belum tahu kalau beliau (guru) mendaftrakan saya. setelah mendaftarkan saya baru diceritakan 'kita coba dulu siapa tahu kita bisa jadi duta" kata pelajar yang akrab disapa Rian ini saat menirukan pernyataan gurunya, dalam Konferensi Pers program Sabang Merauke, di Graha Mitra, Jakarta, Rabu, 10 Juli 2019.

Sebelum lolos sebagai duta SabangMerauke pelajar ini telebih dahulu melalui proses seleksi. Rian bercerita, saat seleksi wawancara melalui telepon, ia sedang berkebun, 
 
Rian yang duduk di bangku kelas IX SMP Negeri 1 Solor Timur, NTT ini mengaku sempat bingung untuk memilih berkebun atau mengikuti tes. "Agak susah juga, soalnya waktu pergi ke kebun saya ditelpon, saya berkebun atau angkat telepon, dibilang dalam sepuluh menit akan wawancarai anda," tutur Rian.
 
Baca:  Belajar Toleransi, 20 Anak Tinggal di Keluarga Berbeda Agama
 
Alhasil, pelajar 14 tahun ini pun lolos menjadi Adik SabangMerauke, merantu ke ibu kota bersama 19 peserta lainya. Rian mengaku tak percaya, dirinya bisa lolos.
 
Program SabangMerauke ini mengajak Adik SabangMerauke untuk memahami  hal  yang  berbeda-beda.  Di  minggu  pertama,  Adik  SabangMerauke  akan  belajar  untuk  memahami keberagaman di Indonesia, yang salah satunya adalah dengan cara berkunjung ke lima tempat ibadah di  Jakarta. 
 
Kelima tempat ibadah tersebut adalah Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, Gereja Immanuel, Pura Aditya Jaya, dan Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya. Tak hanya berkunjung, mereka juga  diperbolehkan untuk bertanya kepada para pemuka agama mengenai kebiasaan yang ada di suatu agama tertentu.
 
Di program ini, Adik SabangMerauke akan diajak untuk mengoreksi segala prasangka yang melekat pada suatu agama tertentu.  Di minggu kedua, Adik SabangMerauke akan diajak untuk bertukar cerita dengan tokoh-tokoh inspiratif di  Indonesia.
 
Tema yang diangkat  adalah  “Inspirasi  untuk Indonesia.”  Beberapa tokoh yang hadir menginspirasi adalah Sri  Mulyani,  Menteri  Keuangan, dan beberapa  atlet  Paragames  Indonesia.
 
Diharapkan para tokoh ini dapat mengajak Adik SabangMerauke untuk bermimpi yang lebih  tinggi mengenai masa depannya nanti.  Sudah sepuluh hari Rian merantau di ibu kota, Rian merasa senang, selain belajar bertoleransi dengan mengunjungi tempat ibadah, juga bertemu dengan teman baru yang beragam latar belakang.
 
"Senang bertemu dengan kawan kawan dari berbagai daerah Indonesia, juga mengenal agama suku ras yang berbeda dari tiap daerah," ungkapnya.
 
Program SabangMerauke sudah berjalan tujuh tahun, dilaksanakan sebagai upaya untuk merawat toleransi.  SabangMerauke  percaya  bahwa  toleransi  tidak  bisa  hanya  diajarkan,  toleransi harus dialami  dan dirasakan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan