Secara performa, Bagus menilai bahwa di divisi VTOL tahun ini terjadi peningkatan signifikan secara riset. Sebab, tahun ini timnya mampu melakukan misi menggunakan image processing. Namun jika dilihat dari posisi dan kecepatan, memang tim Soeromiber mengalami selisih yang tipis dengan tim lawan.
"Meski begitu, kami cukup puas karena bisa unggul secara konsisten dan sempurna di setiap tahapan," tuturnya.
Sedangkan, tim Bayusuta yang mewakili divisi TD, lanjut Heri, berhasil meraih predikat pada tiap subdivisi lomba. Kali ini, tim Bayusuta berhasil menorehkan juara ketiga pada TD Air Frame Innovation. Sedangkan, pada TD Propulsion System,
ITS mengalami peningkatan gelar menjadi juara kedua.
"Pada divisi Propulsion System, robot Bayusuta diuji dari kemampuan motor dalam melakukan gaya dorong, daya arus, hingga tekanan saat motor bekerja secara maksimal," terang Bagus.
Baca:
ITS Juara 1 Kelas Motor Listrik, Catat Quatrick di KMHE 2021
Tim Bayusuta juga berhasil mendapatkan juara harapan pertama pada TD Flight Controller. Pada kategori ini, tim melakukan pengembangan dari tahun sebelumnya dengan membuat modul untuk drone dan merencanakan semua penggunaan sensor.
Sementara itu, perolehan gelar serupa juga mereka dapatkan pada subdivisi TD GCS. Pada GCS, tim diminta untuk membuat GCS box dan aplikasi dalam bentuk website.
Pada divisi TD Flight Controller, tim Bayusuta membawa inovasi propeller menggunakan limbah puntung rokok dengan metode injection molding. Namun, Bagus menilai bahwa inovasi tersebut kurang optimal. Pasalnya, pada saat pengujian menggunakan wahana, motor terus bergetar dan patah di udara karena tak mampu menahan pembebanan yang cukup tinggi akibat vibrasi.
"Ke depan, kami harus mengatur strategi agar dapat menghasilkan motor yang lebih berkualitas," ujarnya.