Kisahnya adalah tentang perjuangan tanpa jalan pintas, mengandalkan kecerdasan dan ketekunan, serta keinginan kuat untuk membawa perubahan. Roro bukan hanya seorang pemimpin muda, tetapi simbol inspirasi bagi anak muda yang ingin berdampak bagi negeri.
Dalam wawancaranya di acara "Gak Pake Ordal" yang dipandu oleh Glory Natha di Medcom ID, Dyah Roro Esti berbagi pengalamannya menjadi Wakil Menteri Perdagangan Indonesia pada usia 31 tahun, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seseorang di usianya. Dia juga menyinggung persepsi yang sering kali muncul bahwa posisi tersebut bisa diraih karena adanya "ordal" atau orang dalam.
Menanggapi hal itu, kata Roro, dirinya tidak terlalu memikirkan omongan seperti itu. Dia menekankan, yang lebih penting baginya adalah terus bekerja maksimal dan berkontribusi bagi negara, karena jabatan yang dia emban adalah amanah besar.
Roro juga menceritakan perjalanan kariernya yang penuh dengan tantangan, termasuk saat mengikuti pemilu untuk periode kedua di DPR. Meski suara dukungannya naik signifikan, ia tetap tidak terpilih kembali sebagai anggota DPR.
Namun, dia tetap memilih untuk bangkit dan terus mencari cara agar bisa mengabdi kepada bangsa, hingga akhirnya mendapatkan dukungan dari partainya untuk posisi wamen perdagangan.
Selain itu, Roro berbicara tentang perbedaan antara peran sebagai anggota DPR dan Wamen. Sebagai anggota DPR, perannya lebih kepada pengawasan, sementara sebagai Wamen, ia lebih banyak menjalankan eksekusi program. Menurutnya, posisi sebagai Wamen membawa tanggung jawab yang lebih besar dalam mengimplementasikan berbagai program pemerintah, terutama dengan target ambisius seperti pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Pengalaman hidupnya didukung oleh pendidikan yang ditempuh di universitas terkemuka di luar negeri, seperti di Inggris, serta dukungan keluarga, terutama dari sang ayah yang juga aktif di dunia politik.
Melalui wawancaranya, Roro menginspirasi generasi muda untuk tidak menyerah pada tantangan hidup, karena menurutnya kesuksesan itu adalah hasil dari proses panjang yang tidak instan. Ia juga menekankan pentingnya support system dan menjaga spiritualitas untuk tetap stabil secara mental dalam menjalani tanggung jawab besar. (Suchika Julian Putri)
Baca juga: Mendikdasmen Ungkap Cita-Cita Masa Kecilnya Ingin Jadi Genting Kaca, 'Aneh' Tapi Maknanya Dalam |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News