Pria asal Sidoarjo ini dikukuhkan sebagai guru besar bidang Pendidikan Fisika di usianya yang ke-41 tahun. Capaian ini tentu luar biasa dan diperoleh dari perjuangan dan pengorbanan.
“Saya berasal dari keluarga petani yang selalu dididik untuk bekerja keras. Saat SMA, saya selalu menggembala kerbau dari sawah ke sawah. Hal itu yang membuat semangat saya semakin terpacu dan betul-betul bekerja keras sampai di titik ini,” ucapnya dilansir dari laman Unesa, Minggu 25 Desember 2022.
Perjalanan akademik Nadi berawal dari jenjang sekolah dasar yang ia tempuh di SD Negeri Sambungrejo 01 dan MI Al-Falah Sambungrejo. Jenjang selanjutnya diselesaikan di SMP Negeri 2 Sukodono, lalu lanjut ke SMA Negeri 1 Taman, Sidoarjo.
Pada 1999, dia kuliah program sarjana di Pendidikan Fisika, FMIPA Unesa dan lulus tahun 2003. Tak berselang lama, dia melanjutkan kuliah di Pascasarjana Unesa prodi Pendidikan Sains konsentrasi Fisika, lulus pada 2006.
Nadi kemudian berkesempatan mengikuti short course melalui Bridging Program, Dikti selama tiga bulan di National Dong Hwa University, Taiwan pada 2013. Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkannya hingga bisa melanjutkan pendidikan jenjang doktor di kampus tersebut pada 2014 dan meraih gelar Ph.D., pada 2017.
“Saya selalu meresapi yang dikatakan oleh guru saya, untuk menjadi guru dari para guru. Sebagai dosen saya akan terus memberikan yang terbaik dan berbeda dari yang lain,” ucapnya.
Pria yang sudah 17 tahun mengabdi di Unesa ini menyampaikan, kesuksesannya tersebut tidak lepas dari doa serta dukungan orang tua, keluarga, masyarakat dan teman sejawat. Kuncinya menjadi guru besar di usia yang terbilang muda ini tidak lepas dari ketekunannya dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi dengan sebaik-baiknya yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Setelah menjadi guru besar, Nadi berkomitmen untuk semakin menjalankan tugasnya dengan baik, termasuk terus melahirkan karya-karya dan publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi. “Alhamdulillah sudah ada sekitar 87 publikasi di jurnal bereputasi. Kalau yang internasional dan nasional alhamdulillah lumayan banyak dan di Unesa urutan kedua sebagai pemilik publikasi jurnal bereputasi,” bebernya.
Target Selanjutnya
Nadi mengatakan untuk target pribadi sebenarnya sudah melampaui setelah berhasil mendapat gelar tertinggi akademik tersebut. Target selanjutnya adalah membawa Unesa sejajar dengan kampus-kampus lainnya di dunia.Karena itu, jabatan yang diamanahkan kepadanya yaitu Ketua Satuan Klasterisasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi Unesa benar-benar dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut.
“Target sekaligus tantangannya adalah membawa Unesa mencapai rekognisi internasional. Dalam dua tahun terakhir, Alhamdulillah ada peningkatan signifikan di Unesa. Awalnya tidak masuk di pemeringkatan dunia sampai bisa masuk dan berjejer dengan kampus lain di pemeringkatan internasional,” ucapnya.
Salah satu upayanya mengenalkan Unesa di mata dunia selain mengikuti pemeringkatan, juga menjadi host dan meluncurkan tiga pemeringkatan yaitu Unesa Dimetric dalam bidang disabilitas, Unesa Sporttric dalam bidang olahraga dan Unesa Artric dalam bidang seni dan budaya. Yang pertama diluncurkan pada 15 Agustus 2022 dan sudah diumumkan hasilnya pada 9 Desember 2022 lalu. Dua terakhir diumumkan kemarin saat pengukuhan guru besar tersebut.
“Tentu ini bukan tugas kami saja di bagian pemeringkatan, tetapi tugas dan komitmen seluruh jajaran yang ada di Unesa. Bagi saya tidak ada yang tidak mungkin. Semua bisa dicapai lewat kerja sama, kerja keras, ikhlas dan kerja cerdas. Yang penting konsisten dan komitmen sesuai tagline-nya satu langkah di depan,” tutupnya.
Baca juga: Tambah 4 Guru Besar, Unesa Juga Luncurkan 2 Pemeringkatan Dunia Baru |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id