Fasilitas ini diberikan sejak pandemi covid-19 melanda. Mereka sadar dengan pembelajaran daring ini, para anak yatim piatu membutuhkan pandamping untuk belajar.
“Adik-adik kita di yayasan panti asuhan ini enggak punya banyak pendamping untuk belajar,” kata pendiri Rumah Sandar, Mutia Hanuun Ufaira Akbar, dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Selasa, 28 September 2021.
Rumah Sandar menerima relawan pengajar dari berbagai daerah di Indonesia. Tiap pengajar akan membimbing satu murid yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran sekolah.
Baca: Esensi Pembelajaran Dinilai Terabaikan Selama PJJ
“Satu pengajar itu satu adik, nah karena adik kesulitan materi jadi mengajarkannya sesuai dengan kesulitan adik-adik,” lanjut Mutia.
Kegiatan belajar-mengajar ini dilakukan dua kali dalam seminggu dengan waktu yang ditentukan oleh murid dan pengajar. Para relawan akan mengajar dalam satu periode pengajaran dengan durasi tiga bulan. Saat ini, ada sekitar 400 anak dari yayasan panti asuhan di Indonesia yang mengikuti kegiatan ini.
Namun, Rumah Sandar masih mengalami banyak kendala dalam kegiatan pengajaran daring yakni, jaringan dan kuota internet. “Karena kita pengajarannya juga online, pasti yang menjadi kendala pertama adalah jaringan dan kuota internet,” tutur Mutia.
Selain itu, keterbatasan buku cetak pelajaran dan jadwal kegiatan yang padat membuat anak-anak kurang mempunyai waktu belajar yang efisien. Para murid hanya mendapatkan materi berupa soft file yang digunakkan saat bimbingan daring.
Mutia berharap program Rumah Sandaran ini dapat membuat anak-anak panti asuhan lebih nyaman dalam belajar. Sehingga anak-anak di yayasan yatim piatu bisa mendapatkan pendidikan yang layak. (Aulya Syifa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News