Siswa kelas XII Kesehatan Sosial, Ichsan Muhammad Fathir, mengungkapkan perjalanan menuju MAN IC OKI dimulai dari kesadaran hidup harus berubah.
“Dulu waktu SMP, aku belum terarah. Tapi suatu hari aku sadar, aku harus realistis dan mulai memilih jalan hidup sendiri,” kenang Ichsan, Kamis, 9 Oktober 2025.
Dorongan itu datang ketika kakaknya memperkenalkan sekolah bernama MAN Insan Cendekia. Tanpa tahu banyak, Ichsan memberanikan diri mendaftar. Setelah melewati masa bimbel panjang, doa, dan tes seleksi yang ketat, ia akhirnya diterima.
“Waktu lihat tulisan biru tanda lulus di website, aku langsung nangis. Rasanya antara enggak percaya dan bangga,” ujar Ichsan.
Di balik rasa bangga itu, ada perjuangan finansial dan emosional yang tidak mudah. Sebagai anak bungsu, Ichsan harus meyakinkan ibunya ia siap hidup jauh dari keluarga. Hari pertama di asrama menjadi titik balik hidupnya.
“Awalnya sepi banget. Tapi saat malam pertama kumpul bareng teman-teman, aku sadar, aku berada di tempat yang benar,” ujar dia.
Ichsan mengaku pernah berada di titik terendah ketika gagal menembus olimpiade biologi nasional, setelah dua tahun berjuang. “Aku udah latihan tiap minggu, bahkan sampai malam. Tapi pas gagal, rasanya hancur banget,” ujar Ichsan.
Namun, kegagalan itu justru mengajarkannya tentang ketulusan dan kesabaran. “Dari situ aku belajar ikhlas. Aku sadar, mungkin Allah punya jalan lain. Aku mulai fokus memperbaiki nilai, belajar lebih keras, dan menyiapkan masa depan,” ujar dia.
Kini, ia mantap menatap cita-citanya menjadi dokter, sebuah mimpi yang lahir dari kisah kehilangan ayahnya pada 2020. Siswi kelas XI Teknik, Armeina Mujtahidah, datang ke MAN IC OKI dengan perasaan gugup dan introver. “Dulu aku pemalu banget. Tapi sejak di MAN IC, aku belajar ngajak ngobrol duluan. Aku jadi lebih berani,” ujar Armeina.
Armeina mengenang kedua orang tuanya menemaninya sejak subuh menuju sekolah. Air mata perpisahan berubah menjadi tekad untuk mandiri.
“Waktu pertama tinggal di asrama, aku kaget. Biasanya semua dibantu ibu, sekarang semua harus sendiri. Tapi dari situ aku belajar tanggung jawab,” katanya.
Meski sempat kecewa karena gagal melanjutkan lomba lukis hingga babak final, semangatnya tak padam. Ia menemukan dukungan dari teman-teman yang membuatnya kuat.
“Mereka ngerti aku butuh waktu sendiri, tapi juga selalu nyemangatin. Itu yang bikin aku sadar, di sini aku nggak sendiri,” ungkap Armeina.
Kini, Armeina mulai aktif berorganisasi dan meraih prestasi baru, seperti medali emas lomba riset. “Aku dulu pendiam, sekarang bisa ngatur waktu, belajar disiplin, bahkan punya target kuliah ke luar negeri,” ungkap Armeina optimis.
Bagi Ichsan dan Armeina, sekolah adalah rumah kedua tempat mereka belajar menjadi manusia seutuhnya. Di sana, mereka belajar menghadapi kehilangan, merangkai mimpi, dan menemukan makna dari perjuangan.
“MAN IC itu tempat aku tumbuh. Dari teman, guru, sampai tantangannya, semuanya membentuk aku jadi diri yang baru. Di sini, kita bukan cuma diajari pintar. Tapi juga diajari gimana cara hidup,” ujar Armeina.
MAN IC OKI terpilih sebagai Sekolah Garuda Transformasi. Ini membuat peluang para siswanya untuk meraih cita-cita semakin terbuka lebar.
Program ini menjadi jembatan bagi generasi muda daerah untuk menatap dunia yang lebih luas, termasuk kesempatan menimba ilmu di luar negeri.
“Sekolah ini bukan cuma mengubah cara kami belajar, tapi juga cara kami bermimpi,” ujar Ichsan dan Armeina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id