Dua orang ini menyampaikan akan ada
monitoring dan evaluasi (monev) Program Guru Penggerak. Tapi metodenya berbeda, tidak dengan mengisi instrumen di kertas. Mereka akan menginap di rumah Nuri dan melakukan wawancara secara mendalam.
”Tentu saya dan keluarga menyambut baik. Saya berpikir ini monev hebat sekali, orang kementerian sampai menginap di rumah calon guru penggerak,” tutur Nuri.
Ia beserta suami dan ibu bapaknya segera menyiapkan kamar untuk dua orang tamu yang berjanji akan kembali pada sore hari. Selepas magrib, sedan hitam datang. Nuri segera menyambut dua orang yang tadi pagi berkunjung itu.
Tapi di dalam mobil masih ada satu orang lagi. Dalam hati Nuri mulai timbul rasa heran. Hari yang sudah mulai gelap membuat pandangan tak begitu jelas.
Setelah turun, barulah tampak bahwa yang datang adalah Menteri Nadiem. Ia turun membawa koper. ”Loh, mas menteri mau menginap juga,” tanya Nuri. Perasaannya campur aduk antara gembira, kaget sekaligus bingung.
”Iya, memang saya yang punya rencana menginap di sini,” jawab Nadiem sambil tertawa.
Nuri salah tingkah sampai-sampai membiarkan begitu saja Mendikbudriatek menyeret sendiri kopernya ke dalam rumah. ”Bapak saya sampai gemetaran. Untungnya Mas Menteri Nadiem orangnya ramah. Setelah kami duduk di ruang tamu, pelan-pelan beliau mengajak kami ngobrol. Akhirnya kami terlibat dalam obrolan seru,” kata Nuri.
Nuri benar-benar seperti kena
prank. Tidak ada satu pun orang kementerian yang memberi tahu ia dan keluarga bahwa Menteri Nadiem akan datang dan menginap. Katanya dua orang petugas monev yang akan menginap, ternyata menteri yang datang. ”Ini benar-benar kejutan yang menyenangkan,” kata Nuri.
Sri Wahyuningsih memberi penjelasan bahwa memang rencana mas menteri menginap di rumah
guru sangat dirahasiakan. Bukan hanya tuan rumah yang tidak tahu, para pejabat yang mendampingi Nadiem kunjungan kerja ke Yogyakarta juga tidak tahu. ”Hanya beberapa orang terdekat saja yang tahu,” ujar Sri.