UP telah mencanangkan program akreditasi internasional yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing global para lulusannya. Rektor Universitas Pancasila, Marsudi Wahyu Kisworo, menekankan bahwa Universitas Pancasila sedang mempersiapkan langkah-langkah konkret untuk mengikuti program akreditasi seperti GreenMetric. Sebuah program yang menilai kesadaran lingkungan kampus dan keberlanjutan.
Selain itu, UP juga telah merancang kurikulum berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics) untuk menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan industri global di era digital saat ini. "Di masa depan, kreativitas akan menjadi kunci. Kami mengupayakan agar lulusan kami memiliki daya inovatif dan kreatif yang tinggi, sehingga mereka mampu menghadapi tantangan global," ujar Marsudi.
Pengembangan kurikulum berbasis STEM ini merupakan bagian dari upaya besar UP untuk memastikan bahwa lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan yang dapat menjawab kebutuhan zaman. Menurut Marsudi, lulusan yang unggul di bidang sains dan teknologi akan memiliki posisi kuat dalam menghadapi persaingan kerja di dunia yang semakin algoritmik dan berbasis data.
“Kami ingin lulusan UP menjadi pemimpin masa depan yang mampu merespons tantangan baru dalam industri digital dengan kreativitas dan inovasi tinggi,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada peningkatan kualitas akademis, Universitas Pancasila juga telah berhasil mencatat berbagai prestasi internasional, terutama dalam bidang farmasi. Dalam diskusi tersebut, Marsudi menyebutkan, beberapa mahasiswa farmasi UP yang bekerja sama dengan ilmuwan Korea Selatan telah berhasil mengembangkan produk kosmetik inovatif yang memperoleh pengakuan di tingkat internasional.
Keberhasilan ini tidak hanya menjadi bukti bahwa mahasiswa UP mampu bersaing di panggung global, tetapi juga menunjukkan bahwa kampus ini memiliki kapasitas dan infrastruktur untuk melakukan penelitian berstandar internasional.
Langkah strategis UP untuk meraih akreditasi internasional ini juga dilandasi oleh visi jangka panjang universitas dalam membangun jaringan kerjasama yang luas. Saat ini, UP telah menjalin kemitraan dengan 192 institusi dalam negeri dan 23 institusi luar negeri, mencakup bidang penelitian, pengembangan kurikulum, dan pertukaran mahasiswa serta dosen.
Kemitraan ini diharapkan dapat mempercepat proses internasionalisasi kampus dan memberi kesempatan bagi mahasiswa UP untuk terlibat dalam berbagai proyek kolaborasi lintasnegara.
Universitas Pancasila juga melihat akreditasi internasional sebagai sebuah langkah penting dalam mencetak lulusan yang siap berkiprah di berbagai sektor industri global. Dengan akreditasi yang diakui di berbagai negara, lulusan UP diharapkan dapat lebih mudah menembus pasar kerja internasional.
“Akreditasi internasional adalah bukti bahwa kita telah memenuhi standar mutu yang diakui dunia. Ini akan membuka lebih banyak kesempatan bagi lulusan kami untuk berkarier di luar negeri, serta meningkatkan daya saing mereka,” tegas Marsudi.
Selain itu, UP juga mendorong berbagai unit kegiatan mahasiswa untuk terus mengukir prestasi di tingkat internasional sebagai bagian dari pengembangan karakter mahasiswa. Di bidang penelitian, UP telah memperoleh berbagai pendanaan hibah, termasuk Proposal Penelitian Kedai Reka dari Kemendiktisaintek yang memungkinkan kampus ini untuk mengembangkan lebih banyak proyek riset yang dapat dihilirisasi.
Pendanaan hibah ini tidak hanya mendukung upaya penelitian yang inovatif, tetapi juga memperkuat peran UP sebagai salah satu pusat riset unggulan di Indonesia yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi dari negara lain.
Dengan semua pencapaian ini, Universitas Pancasila telah menetapkan pijakan yang kuat untuk terus berkembang menjadi institusi berkelas dunia. “Kami optimis bahwa akreditasi internasional akan memperluas cakrawala kami dalam memberikan layanan pendidikan terbaik dan mencetak lulusan yang siap menghadapi dunia. Akreditasi ini tidak hanya sebagai bentuk pengakuan, tetapi juga dorongan untuk kami terus berbenah dan berinovasi,” tutup Marsudi. (Suchika Julian Putri)
Baca juga: Penerima Beasiswa LPDP Tak Wajib Pulang, Dosen UGM: Saya Tidak Setuju, Tapi... |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News