Jakarta: Partai Persatuan Pembangunan (
PPP) gagal lolos ke Senayan karena suara yang diraih kurang dari ambang batas parlemen 4 persen. Ini merupakan kali pertama sejak 1971 PPP tidak memiliki wakil di
DPR.
Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menganalisis sebab partai politik yang lahir dari fusi partai-partai Islam di masa Orde Baru itu tak dapat masuk parlemen.
"Bisa jadi ini karena ditinggalkan oleh pemilih Islam yang beralih memilih partai lain," kata Lili kepada
Media Indonesia, Kamis, 21 Maret 2024.
Salah satu alasan pemilih meninggalkan PPP karena faktor internal di dalam partai tersebut. Sebelum dipimpin Mardiono, PPP sempat diterpa dualisme kepemimpinan. Di samping itu, PPP juga tidak memiliki figur sentral yang menjadi ikon saat ini.
Lili turut menyoroti pilihan koalisi PPP yang dinilainya tidak sejalan dengan basis pemilih PPP. Dalam kontestasi Pilpres 2024, PPP berkoalisi dengan PDI Perjuangan, Partai Perindo, dan Partai Hanura untuk mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Pasangan nomor urut 3 itu akhirnya kalah dan mendapatkan suara paling sendikit di antara dua kandidat lainnya.
Adapun alasan terakhir yang menyebabkan PPP ditinggalkan pemilih, sambung Lili, karena tidak konek dengan pemilih dari kalangan muda. "Tampaknya PPP masih mengandalkan pemilih generasi tua, padahal mayoritas pemilih adalah generasi milenial da generasi Z," tandas Lili.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ADN))