Jakarta: Sikap politik
Prabowo Subianto yang berupaya merangkul lawan politik dinilai dapat dipahami. Sebab, komposisi gabungan partai politik
Koalisi Indonesia Maju (KIM) belum mencapai 50 persen berdasarkan hasil
Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Saya dapat memahami kenapa agenda merangkul mitra koalisi baru penting dilakukan saat ini setelah penetapan KPU karena menyangkut
positioning dan konfigurasi baru," kata Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana saat dikonfirmasi, Kamis, 25 April 2024.
Konfigurasi baru terkait koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang. Hal itu penting bagi KIM selama masa transisi, mengingat dukungan politik sangat diperlukan.
"Dugaan saya agenda transisi pemerintahan baru adalah menyiapkan dukungan politik bagi presiden terpilih dan infrastruktur kelembagaan yang bisa jadi akan men-
support upaya pemerintahan baru ini," terangnya.
Di sisi lain, Aditya mengingatkan pentingnya memperkuat kekritisan publik lewat kekuatan partai politik di
parlemen. Agar, diskursus yang berkembang tak hanya fokus pada pemerintahan dan mengabaikan mekanisme
check and balances kekuasaan.
Berdasarkan hasil Pemilu 2024, kekuatan KIM di parlemen masih 48 persen. Komposisi terdisi tas
Gerindra dengan 86 kursi,
Golkar 102 kursi,
PAN 48 kursi, dan
Demokrat 44 kursi. Total kursi yang diperoleh KIM adalah 280 dan 580 kursi.
Sementara itu, partai pengusung
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menguasai 190 kursi. Angka itu datang dari
PKB dengan 68 kursi,
NasDem 69 kursi, dan
PKS 53 kursi. Sedangkan partai pengusung
Ganjar Pranowo-Mahfud Md yang lolos ke parlemen hanya
PDI Perjuangan dengan 102 kursi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ADN))