Jakarta: Isu polusi udara dinilai minim diangkat oleh peserta
Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Padahal, pemilih memiliki hak memperoleh udara yang bersih.
"Politisi maupun pemangku kebijakan kita masih sedikit sekali yang punya kesadaran terhadap isu polusi udara," ujar peneliti di Departemen Politik dan Perubahan Sosial di Center for Strategic and International Studies (CSIS) Edbert Gani Suryahudaya, dalam Youtube Bicara Udara, Rabu, 1 November 2023.
Gani menyebut persoalan
polusi udara kalah dengan isu seperti lapangan pekerjaan. Hal ini didasari urgensi politisi maupun pemangku kebijakan memandang polusi udara.
Ia menilai polusi udara harus menjadi perhatian masyarakat luas. Dengan begitu, isu
kualitas udara bakal dilirik dan menjadi janji politik.
"Pada akhirnya nanti politisi pasti harus mengadopsi itu sebagai sebuah kebijakan karena kalau tidak dia tidak akan mendapatkan dukungan," jelasnya.
Dia mengajak masyarakat dapat memilih pemimpin yang memiki kepedulian dengan isu polusi udara. Khususnya pemilih pemuda yang akan menentukan sosok pemimpin ke depan.
"Yang menghirup udara bersih itu bukan cuma masyarakat saja, tapi elite sendiri, politisi, pengusaha, kita semua menghirup udara yang sama," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ABK))