Jakarta:
Muhaimin 'Cak Imin' Iskandar mendeklarasi diri sebagai pasangan Anies Baswedan untuk maju di Pemilihan Presiden 2024. Ketua Partai Keadilan Bangsa (PKB) itu mengaku ada "jalur langit" yang membuatnya bersedia menjadi calon wakil presiden untuk Anies Baswedan.
Cak Imin kemudian blak-blakan dia mendapat mandat dari Kiai Kholil As’ad, anak pendiri Nahdlatul Ulama Kiai As'ad Syamsul Arifin, dua tahun lalu. Kiai Kholil As'ad pun menjadi sorotan karena meminta Cak Imin berduet dengan Anies.
Bagaimana sebenarnya peran Kiai Kholil As'ad hingga membuat Cak Imin berani hengkang dari koalisi pendukung Prabowo Subianto? Seberapa besar sebenarnya peran kiai hingga calon pejabat pede maju berkompetisi?
Restu Kiai Kholil As'ad
Kiai Kholil As'ad merupakan ulama Nahdlatul Ulama (
NU) yang memimpin Pesantren Walisongo di Situbondo, Jawa Timur. Selain kiai karismatik, status Kiai Kholil As'ad sebagai anak pendiri NU pun tak bisa dipungkiri.
Kiai Kholil As'ad merupakan sosok yang terkenal dan disegani. Ia seringkali didatangi sejumlah pejabat tinggi tanah air. Misalnya, Menteri pertahanan Prabowo Subianto yang pernah beberapa kali datang sowan.
Kiai Kholil As'ad pernah didatangi Prabowo untuk meminta restu untuk maju pencalonan Pemilihan Presiden 2019. Anies Baswedan hingga Sandiaga Uno juga pernah menemui anak pendiri NU tersebut.
Kenapa banyak figur politikus yang datang? Peran Kiai Kholil As'ad sendiri bisa dikaji dari kajian antropologis. Termasuk hubungan kekerabatan Cak Imin dan Kiai Kholil As'ad.
'Kekerabatan' Cak Imin dan Kiai Kholil As’ad
Dalam kajian antropologi, Cak Imin dan Kiai Kholil As'ad mampu membuat hubungan yang kuat dari sisi identitas. Kekerabatan keduanya sudah terjalin sejak menjadi anggota NU.
Saat deklarasi, Cak Imin bahkan mengklaim dirinya terlahir sebagai seorang NU.
"Saya tidak pernah bawa-bawa PBNU. Tapi saya dari lahir sampai sekarang orang tahu saya NU," ujar Cak Imin dilansir dari
Metro TV, Sabtu, 9 Agustus 2023.
Dari sisi antropologi, hubungan kekerabatan yang dibentuk antara Cak Imin dan Kiai Kholil As'ad tak sekadar bisa dilihat dari pertalian darah. Sistem kekerabatan Cak Imin dan Kiai Kholil Ashad dapat dilihat dari premis konstruksi budaya, seperti teori yang digadang antropolog Sahlins Marshall dalam bukunya yang berjudul
What Kinship Is—Culture.
Dalam hal ini, identitas 'sedarah' Nahdlatul Ulama.
Kiai Kholil As’ad Syamsul Arifin. Antaranews.com/HO Humas Polres Situbondo
Hubungan kiai dan politik nan erat
Dinamika hubungan sosial dan politik tak bisa dilepas dalam dinamika bermasyarakat. Walaupun Kiai Kholil As’ad bukan seorang politisi, fakta dirinya berstatus anak pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki pengaruh di masyarakat tidak dapat dipisahkan.
Pengaruh NU ke pilihan politik masyarakat memiliki. Strata identitas keagamaan yang kuat di tengah masyarakat membuat NU berperan besar di percaturan politik Tanah Air. Walau organisasi keagamaan itu tak terlibat langsung di dunia politik.
Hal ini yang membuat politikus, seperti Prabowo hingga Sandiaga Uno, mendatangi kiai sebelum berkompetisi di tahun politik.
Hal ini pula yang membuat Kiai Kholil As'ad didatangi politikus untuk meminta restu. Dari kacamata antropologi, status ontologis yang mengartikan definisi hubungan sosial semacam memberi, menerima dan pertukaran dengan produksi, perlindungan, serta transmisi ini kental terasa jelang tahun politik. Seperti yang disebut antropolog Philippe Descola dalam bukunya yang berjudul
Beyond Nature and Culture Forms of Attachment.
Namun, hubungan pertukaran (
take and gift) ini pula yang membuat Cak Imin tak berani menjawab mandat Kiai Kholil As'ad pada 2019. Cak Imin mengaku bingung menjawab saat diminta langsung anak pendiri NU tersebut untuk mendampingi Anies.
“Muhaimin, menurut saya kamu harus berpasangan sama Anies Baswedan. Saya tidak berani menolak tapi saya juga tidak berani menjawab,” kata Cak Imin menirukan pembicaraan keduanya.
Kedudukan kuat yang dimiliki oleh Kiai Kholil As'ad mampu mengendalikan hubungan antara Cak Imin dan Kiai Kholil As'ad. Salah satunya jika dilihat dari hirarki politik.
Adanya gejolak perasaan yang dialami Cak Imin, tentunya memunculkan beban tersendiri. Jika dilihat dari antropologi, di satu sisi Cak Imim mendapatkan restu "orang kuat" NU. Secara tidak langsung, Cak Imin juga harus mengembalikan 'pemberian' itu dalam bentuk lain nantinya.
(Kanaya Hairunissa)Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((SUR))