Yogyakarta: Komite Independen Sadar Pemilu x Muda Bicara ID memaparkan belanja iklan Ketua Umum sekaligus bakal
calon presiden (bacapres) Partai Gerindra,
Prabowo Subianto menjadi yang terbesar di antara bakal calon presiden lain.
Komite tersebut melakukan penggalian data terkait belanja iklan media sosial para Bakal Calon Presiden dan
Partai Politik di platform Meta yakni media sosial Facebook dan Instagram.
"Penggalian data kami lakukan dari laporan galeri iklan Meta, khususnya dalam kategori iklan politik, dijabarkan besaran biaya yang dikeluarkan oleh pengiklan politik dari 4 Agustus 2020 hingga 16 Juli 2023," kata Koordinator Umum KISP, Moch Edward Trias Pahlevi, dalam keterangan tertulis, Kamis, 20 Juli 2023.
Edward mengatakan Prabowo Subianto menjadi bacapres dengan belanja iklan terbesar. Nilai belanja iklan tersebut yakni mencapai Rp4 miliar. Setelah Prabowo, ada bacapres PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo yang belanja iklannya mencapai Rp2 miliar.
"Namun cukup jomplang dibandingkan dengan Anies Baswedan yang selama hampir 3 tahun terakhir hanya menghabiskan dana Rp160 Juta untuk belanja iklan politik media sosial," jelasnya.
Edward menyebut dari ketiga bacapres tersebut, baik Prabowo, Ganjar maupun Anies, iklan politik sebagian besar diiklankan oleh akun/halaman relawan pendukung. Dari data di atas, tidak ditemukan iklan politik digital yang diterbitkan oleh akun resmi Bacapres yang bersangkutan.
Ia menduga penggunaan akun relawan bisa jadi dapat menjadi cara untuk menghindari pembatasan atau regulasi yang ketat dalam pemasangan iklan politik. Baik yang ditetapkan oleh Meta maupun aturan kampanye di dalam regulasi pemilu.
"Mengingat, saat ini belum memasuki masa kampanye, bahkan pendaftaran calon pun masih beberapa bulan lagi. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah menjalin kerja sama dalam hal pengaturan iklan politik di platform Meta," ungkapnya.
Di sisi lain, Edward mengatakan penggalian data terkait besaran biaya kampanye juga dilakukan partai politik. Menurut dia, beberapa partai politik mengeluarkan dana hingga puluhan miliar rupiah untuk belanja iklan sejak hampir 3 tahun ke belakang.
Hasil penggalian data komite tersebut menempatkan Partai Golkar yang paling boros dengan mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp10.391.058.380. Posisi Golkar diikuti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebesar Rp3.656.091.775; Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Rp566.100.168; Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Rp200.226.251; Partai Gerindra Rp166.863.250; PDI Perjuangan Rp75.117.000; Partai Amanat Nasional (PAN) Rp5.858.752; dan Partai Buruh Rp2.668.684.
Soal efektivitas, ia menilai dampak iklan politik di media sosial cukup kompleks. Menurut dia dampak iklan itu bisa bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti target audien, isi iklan, strategi kampanye, dan konteks sosial-politik suatu negara.
Apabila merujuk jumlah pengguna aktif media sosial Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, kata Edward maka media sosial menjadi 'jalan efektif' yang dapat menjangkau audiens dengan luas dan mudah.
Ia menyebut data yang dikumpulkan komite menunjukkan iklan di media sosial menjangkau sebanyak 86,5% dari total pengguna merupakan pengguna Instagram, dan 83,8% juga merupakan pengguna Facebook. Sehingga beriklan politik di Meta diperkirakan memiliki peluang untuk mendapatkan engagement publik yang besar.
"Jika yang disasar adalah pemilih muda yang jumlahnya mencapai 60% pada Pemilu 2024 mendatang, maka iklan politik media sosial dapat dibilang sebagai salah satu medium yang tepat. Pengguna media sosial didominasi oleh pemilih pemula yang masuk di rentang usia 18 hingga 24 tahun, juga oleh pemilih muda di usia 25 hingga 34 tahun," ujar Edward.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((DEN))