Jakarta: Korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) peristiwa Mei 1998 menyesalkan dukungan mantan aktivis
Budiman Sujatmiko terhadap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Budiman sampai membentuk organisasi relawan bernama Prabowo Budiman Bersatu (Prabu).
"Deklarasi tersebut bukan hanya menunjukkan Budiman mengkhianati kawan-kawan seperjuangannya, tapi juga mengkhianati keluarga korban penculikan," kata mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) Petrus Hariyanto melalui keterangan tertulis, Selasa, 22 Agustus 2023.
Dukungan Budiman Sudjatmiko dinilai meneguhkan politik impunitas kepada calon presiden (capres) yang pernah terlibat
kejahatan HAM di masa lalu. Prabowo disebut-sebut terlibat dalam kasus penculikan aktivis 1998.
"Lebih dalam lagi, dia (Budiman Sujatmiko) telah mengkhianati demokrasi dan nilai-nilai kemanusian," ungkapnya.
Petrus menolak retorika Budiman bahwa langkah yang diambilnya adalah tugas sejarah. Bagi Petrus, pernyataan Budiman tak lebih sekadar pembenaran keputusannya.
"Untuk melegitimasi bahwa berangkulan dengan penculik adalah keharusan sejarah. Itu bukti pragmatisme Budiman supaya bisa mendapatkan sesuatu ketika Prabowo berkuasa. Padahal belum tentu juga Prabowo menang (pemilu)," tegas Petrus.
Menurut Petrus, Prabowo seharusnya tidak cukup hanya diberhentikan dari militer pada 1998 karena terlibat kasus penculikan. Prabowo dinilai harus diproses sampai ke meja hijau. Apalagi, masih ada 13 aktivis, empat di antaranya merupakan kader PRD, yang belum diketahui nasibnya.
"Seharusnya menjadi tugas Budiman dan kader PRD lainnya untuk menuntaskan hal ini. Masih ada hutang masa lalu yang tetap harus dilunasi. Bukannya malah dikubur dalam-dalam oleh Budiman Sudjatmiko," kecam mantan narapidana politik PRD yang mendekam 3,5 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang ini.
Senada, mantan aktivis Wilson juga menyesalkan langkah Budiman. Pria yang pernah satu sel dengan Budiman di LP Cipinang itu menilai Budiman sama sekali tidak menyebut soal penyelesaian
pelanggaran HAM masa lalu sebagai pondasi persatuan bangsa.
Wilson heran Budiman justru mendeklarasikan dukungannya buat Prabowo di Jawa Tengah. Padahal, dua aktivis PRD yang menjadi korban penghilangan paksa, yakni penyair Wiji Thukul dan Suyat, berasal dari Jawa Tengah.
"Bersama kawan-kawan lainnya, mereka masih hilang hingga sekarang. Ini ironis sekali," ungkapnya.
Selama 25 tahun, kata dia, Budiman tak pernah menjumpai keluarga korban penculikan yaitu Wiji Thukul dan Suyat di Solo. Budiman justru merapat dengan bakal capres yang dinilai turut bertanggung jawab atas kasus penculikan aktivis 1998.
"Sekarang, dia malah bergabung dengan capres yang terlibat dalam kasus penculikan aktivis reformasi 1998," kata anggota Dewan Penasihat Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (Ikohi) itu.
Wilson dan Petrus adalah aktivis PRD yang pernah bersama Budiman membangun PRD hingga dibui oleh rezim Orde Baru.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AGA))