Jakarta: Calon Presiden Nomor Urut 1
Anies Baswedan menyinggung pembangkit energi listrik dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau
unrenewable resources. Anies berkomitmen akan menggantikannya dengan pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Namun hal ini tidak bisa dilakukan tanpa memikirkan dampak pemindahan atau pergantian. Negara harus mengantisipasi semua kemungkinan buruk di saat masa transisi.
"Kalau kita mendadak pindah, apa yang terjadi? Nanti ada jutaan orang yang menderita," kata Anies di Kegiatan Ngajabarkeun Abah Anies di Bandung, Jawa Barat, Minggu 28 Januari 2024.
Baca juga:
Anies: Bagaimana Indonesia Mau Didengar kalau Sidang Umum PBB tidak Hadir?
Menurut Anies, negara harus memiliki
exit strategy atau jalan keluar di masa transisi ke sesuatu yang diharapkan bersama. Anies mencontohkan penanganan buruk yang terjadi di kawasan Pantura, Jawa.
"Mau contoh mendadak pindah tanpa exit strategy? Namanya Pantura. Pantura itu sebuah kawasan yang hidup dari mobilitas orang," ungkap Anies.
Kawasan ini sangat terdampak akibat pembangunan jalan tol. Otomatis mobilitas kendaraan dan orang yang menjadi tumpuan utama kawasan menjadi berkurang.
"Kita harus memikirkan bagaimana mereka mengalami exit. Bukan ditinggalkan. Apa langkahnya untuk restoran di sana? Apa langkah untuk hotel di sana. Di mana letak exit-exit-nya. Itu namanya exit strategy," ujar
Anies.
Hal yang sama juga berlaku untuk proses transisi dari energi tidak terbarukan ke energi terbarukan. Prosesnya tidak bisa dilakukan secara revolusioner.
"Ini harus dikerjakan secara bertahap supaya industri yang selama ini hidup di sana, bisa mengantisipasi. Kalau tidak, collapse. Kalau collapse, itu sama dengan merugikan rakyat kita sendiri. Tapi jangka panjangnya kita harus lakukan transisi ke sana," ungkap Anies.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((DHI))