Jakarta: Perkumpulan Jaga
Pemilu menemukan terjadinya fluktuasi suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tanpa tedeng aling-aling, fluktuasi suara terbesar terjadi di TPS pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sumatra Barat.
Ketua Tim Pemantau Jaga Pemilu Luky Djani mengatakan Jaga Pemilu melakukan tiga klaster pengawasan
accuracy rate di TPS, yaitu dari relawan Penjaga KPU, Jaga Pemilu, dan Pejuang Pemilu.
Luky mengatakan berdasarkan hasil monitoring
accuracy rate hasil verifikasi relawan dan hasil tabulasi
KPU berada pada rentang 91-97 persen. Ini berarti dari 100 TPS yang diverifikasi sekitar 91-97 persen TPS memiliki perolehan pasangan calon yang sama dengan hasil tabulasi KPU.
“Dengan kata lain, masih terdapat
error rate sebesar 3-9 persen, ini berarti dari 100 TPS yang diverifikasi sekitar 3-9 TPS memiliki perolehan pasangan calon yang tidak sama dengan hasil tabulasi KPU. Sedangkan
error rate klaster Jaga Pemilu di kisaran 7 persen serta
error rate klaster Pejuang Pemilu di kisaran 5 persen,” ungkap Luky dalam konferensi pers Jaga Pemilu di Jakarta, Senin, 1 April 2024.
Dari data monitoring Penjaga KPU, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memiliki
accuracy rate sebesar 92 persen dan error rate sebesar 8 persen, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki
accuracy rate sebesar 93 persen dan
error rate sebesar 7 persen, serta Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki
accuracy rate sebesar 93 persen dan
error rate sebesar 7 persen.
Data monitoring Jaga Pemilu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memiliki
accuracy rate sebesar 92 persen dan
error rate sebesar 8 persen, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki
accuracy rate sebesar 93 persen dan
error rate sebesar 7 persen. Kemudian, Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki
accuracy rate sebesar 93 persen dan
error rate sebesar 7 persen.
Data monitoring Pejuang Pemilu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memiliki
accuracy rate sebesar 95 persen dan
error rate sebesar 5 persen, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki
accuracy rate sebesar 94 persen dan
error rate sebesar 6 persen. Lalu, Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki
accuracy rate sebesar 95 persen dan
error rate sebesar 5 persen.
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Jaga Pemilu Natalia Soebagjo mengungkapkan pengukuran
error rate dan
accuracy rate yang tinggi menambah deretan berbagai pengelolaan administrasi yang tidak baik pada Pemilu 2024.
Secara menyeluruh, hal-hal tersebut masuk dalam empat kategori inkompetensi dan malpraktik Pemilu 2024, yakni hasil pemilihan tidak transparan, kesulitan akses aplikasi Sirekap, keterlambatan pelaporan dalam Sirekap dan kendala teknis dalam Sirekap.
“Kami berharap temuan dari Jaga Pemilu dihiraukan. Jangan lantas dianggap sebagai suara mereka yang kalah. Temuan kita sudah melalui proses seksama dan mohon jadi pelajaran sehingga tidak diulangi lagi,” kata Natalia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati mempertanyakan integritas penyelenggara pemilu, seperti Komisi Pemilihan Umum. Ninis mengatakan profesionalitas KPU sebagai penyelenggara pemilu dipertanyakan ketika Ketua KPU Hasyim Asy'ari sebanyak empat kali diputus melanggar etik.
“KPU yang menyelenggarakan pemilu 2024 ini kan nantinya akan menjadi penyelenggara pilkada pada November nanti. Yang jadi pertanyaan apakah mereka masih layak menyelenggarakan pilkada. Ini tentunya harus menjadi pertimbangan,” ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AZF))