Jakarta: Keluarnya Maruarar Sirait dari PDIP dianalisis Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. Menurut Dedi, penyebab Maruarar keluar sedikit banyak terkait hubungan Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo (
Jokowi) yang tak lagi mesra jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Kepindahan ini bisa saja sekedar mencari jalur karir kekuasaan di luar PDIP, dan memang Maruarar bisa saja melihat prospek yang lebih baik jika keluar dari PDIP," kata Dedi kepada
Medcom.id, Rabu, 17 Januari 2024.
Dedi melihat alasan keluarnya Maruarar dari PDIP tak jauh berbeda dengan Budiman Sudjatmiko. Yakni, soal akses kekuasaan yang tidak ia dapat.
"Dan relasi Ara dengan PDIP pun mirip sebagaimana Budiman, yakni kecewa karena gagal menjaga stabilitas karir politik," kata Dedi.
Di sisi lain, Dedi menakar dampak elektoral keluarnya Maruarar dari PDIP. Menurut Dedi, kepergian Maruarar tak berpengaruh banyak untuk elektabilitas PDIP maupun pasangan calon yang didukung partai tersebut.
"Hal ini terlihat dari kekuatan massa Ara saat di Pemilu 2019, ia sama sebagaimana Budiman Sudjatmiko, hanya besar nama di ibukota, tetapi minim kontribusi pada partai di tingkat pemilih bawah," beber Dedi.
Meski demikian, dia tak menutup mata ada kehilangan suara di kubu PDIP. Namun, hal itu bukan karena keluarnya Maruarar.
"Tetapi karena dipastikan isu ini akan dimainkan seolah PDIP kehilangan banyak tokoh yang terprovokasi oleh relasi buruk Jokowi-Megawati, jadi secara tidak langsung PDIP dalam masa kelam saat ini," tegas Dedi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ADN))