Pemilih Ganjar-Mahfud Bergeser ke Anies-Muhaimin, Begini Analisisnya
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra/Medcom.id/Theo
Jakarta: Tren pemilih pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengalami pergeseran. Pemilih cenderung beralih ke pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
"Temuan IPO justru (elektabilitas) prabowo stagnan, Ganjar turun, Anies meningkat. Artinya terjadi pergeseran dari suara Ganjar-Mahfud ke Anies-Muhaimin," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah dalam diskusi virtual Crosscheck Metrotvnews.com bertajuk "Di Balik Presiden Boleh Memihak, Siapa Takut 2 Putaran?" Minggu, 28 Januari 2024.
Dedi mengatakan survei IPO pada medio Januari 2024 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan di kisaran 40 persen. Sedangkan elektabilitas Amin naik ke 34,5 persen dan elektabilitas Ganjar-Mahfud merosot ke 21,5 persen.
"Penurunan Ganjar ternyata tidak sesuai penjelasan waktu November 2023. Asumsi ketika elektabilitas Ganjar turun dan pindah ke Prabowo tidak benar," ujar dia.
Dedi menduga hal itu yang membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai harus turun gunung. Dugaan itu terbukti saat Jokowi menyampaikan pernyataan bahwa presiden boleh berkampanye dan memihak pada salah satu pasangan calon.
"Statement ini besar kemungkinan membawa pesan agar sebagian besar publik yang loyalis presiden secara tegas mengetahui ke mana arah dukungan presiden," ucap dia.
Presiden Jokowi menyebut Kepala Negara boleh berkampanye dalam pemilihan umum (pemilu). Selain itu, seorang presiden juga boleh memihak kepada calon tertentu.
"Presiden itu boleh loh kampanye. Presiden itu boleh loh memihak. Boleh. Tapi yang paling penting waktu kampanye tidak boleh menggunakan fasilitas negara. (Jadi) boleh (presiden kampanye)," ujar Jokowi di Terminal Selatan Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
((ADN))
"Temuan IPO justru (elektabilitas) prabowo stagnan, Ganjar turun, Anies meningkat. Artinya terjadi pergeseran dari suara Ganjar-Mahfud ke Anies-Muhaimin," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah dalam diskusi virtual Crosscheck Metrotvnews.com bertajuk "Di Balik Presiden Boleh Memihak, Siapa Takut 2 Putaran?" Minggu, 28 Januari 2024.
Dedi mengatakan survei IPO pada medio Januari 2024 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan di kisaran 40 persen. Sedangkan elektabilitas Amin naik ke 34,5 persen dan elektabilitas Ganjar-Mahfud merosot ke 21,5 persen.
| Baca: Anies Kerap Nyanyikan Lagu Maju Tak Gentar saat Kampanye, Ini Alasannya |
"Penurunan Ganjar ternyata tidak sesuai penjelasan waktu November 2023. Asumsi ketika elektabilitas Ganjar turun dan pindah ke Prabowo tidak benar," ujar dia.
Dedi menduga hal itu yang membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai harus turun gunung. Dugaan itu terbukti saat Jokowi menyampaikan pernyataan bahwa presiden boleh berkampanye dan memihak pada salah satu pasangan calon.
"Statement ini besar kemungkinan membawa pesan agar sebagian besar publik yang loyalis presiden secara tegas mengetahui ke mana arah dukungan presiden," ucap dia.
Presiden Jokowi menyebut Kepala Negara boleh berkampanye dalam pemilihan umum (pemilu). Selain itu, seorang presiden juga boleh memihak kepada calon tertentu.
"Presiden itu boleh loh kampanye. Presiden itu boleh loh memihak. Boleh. Tapi yang paling penting waktu kampanye tidak boleh menggunakan fasilitas negara. (Jadi) boleh (presiden kampanye)," ujar Jokowi di Terminal Selatan Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
((ADN))
BERITA TERKAIT
