Jakarta: Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai materi yang disampaikan calon wakil presiden nomor urut 2
Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres, Minggu 21 Januari 2024, irasional. Pasalnya, banyak hal yang tidak sesuai dengan kondisi Indonesia.
"Paling irasional itu adalah Gibran justru, karena beberapa hal yang disampaikan seperti greenflation (inflasi hijau) itu belum terjadi di Indonesia. Bagaimana mau terjadi di Indonesia, bauran energi baru terbarukan kita saja masih sangat kecil," ujar Bhima saat dihubungi, Senin, 22 Januari 2024.
Gibran dinilai tidak bisa membandingkan isu secara seimbang. Sebab, dia membandingkan isu
greenflation di Perancis dengan Indonesia. Padahal, porsi energi baru terbarukan (EBT) di Perancis telah mencapai 88 persen, sedangkan Indonesia masih cukup kecil. Bhima menilai kecil kemungkinan
greenflation bakal terjadi di Indonesia.
"Justru yang harus disampaikan adalah bagaimana ketergantungan terhadap energi fosil menciptakan
fossilflation. Jadi
fossilflation ini justru lebih berbahaya bagi Indonesia," terang dia.
Inflasi energi fosil perlu menjadi perhatian bagi Indonesia. Itu berkaca dari situasi harga batu bara dan minyak mentah yang dapat naik dan turun secara tajam sewaktu-waktu. Inflasi energi fosil itu sempat terjadi di Indonesia dan membuat kekhawatiran potensi terjadinya kenaikan tarif listrik.
"Jadi ada konsep yang betul kata Pak Mahfud, (Gibran) ngarang. Jadi Gibran ini banyak hal irasional yang disampaikan, yang tidak tepat pada konteks Indonesia," tutur Bhima.
Tak hanya soal
greenflation, topik mengenai pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) terhadap perusahaan tambang ilegal juga tak masuk akal. Sebab, perusahaan ilegal otomatis umumnya tak memiliki izin usaha.
Bhima juga memberikan catatan kepada calon wakil presiden nomor urut 3
Mahfud MD. Meski penyampaian materi disebut cukup baik dan tersusun, namun Mahfud dinilai tidak begitu memahami isu transisi energi dan pembangunan berkelanjutan.
Sementara calon wakil presiden nomor urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar dinilai sebagai pemenang dalam debat semalam. Bhima mengatakan Muhaimin mampu menyampaikan gagasan dengan baik sehingga apa yang ditawarkan dapat diterima oleh publik.
"Cak Imin di atas ekspektasi, dan mampu memberikan penjelasan terhadap program maupun konsep secara lebih mudah diterima oleh masyarakat. Dan mengusung isu relevan terkait dengan desa," kata Bhima.
Namun, masih ada hal yang harus menjadi catatan. Khususnya, terkait rencana menaikkan dana desa dari saat ini Rp1 miliar menjadi Rp5 miliar.
"Harus hati-hati ketika dana desa naik menjadi Rp5 miliar per desa. Itu memang sekarang masih ada masalah tata kelola, korupsi tinggi, banyak kepala desa tersangkut korupsi, infrastruktur desa tidak semua efektif. Itu menjadi catatan," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AGA))