Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Medcom.id/Fachri
Jakarta: Partai Demokrat diyakini tidak lagi ngoyo memajukan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bakal cawapres. Sebab selain fokus pada tujuan menyelamatkan partai, di koalisi itu juga ada Partai Golkar yang memiliki suara lebih besar.
Pakar politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat mengatakan secara historis pada 2014 Demokrat telah mendukung Prabowo Subianto meskipun pada detik terakhir. Sedangkan pada 2024 partai berlambang mercy ini mau tidak mau harus mendukung atau masuk dalam koalisi jika ingin tetap menjadi peserta pemilu 2029 seperti yang diatur dalam Pasal 235 ayat (5) UU 7/2017 tentang Pemilu.
"Mereka harus beri dukungan capres atau kalau tidak maka tidak bisa jadi peserta (Pemilu 2029)," ujarnya, Rabu, 20 September 2023.
Demokrat yang merapat ke Prabowo dinilai punya historis dan juga basis kesamaan. Namun peran Ketua Dewan Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga dinilai tidak memberikan pengaruh banyak dalam mendongkrak suara.
"Masa SBY memang dua periode dan setelah itu sebenarnya tren pemilih geser ke Jokowi. Jadi sebetulnya suara SBY tidak terlalu besar. Jadi kalau soal turun gunung itu menurut saya sebagai pernyataan politik bahwa Demokrat dukung Prabowo," ujar dia.
Kecilnya pengaruh SBY dalam mendongkrak suara juga disebabkan penilaian terhadap partai dan pemilihan presiden berbeda. Dalam pemilihan presiden publik lebih mengedepankan dalam menilai individu atau capres sedangkan partai berbeda.
"Saya rasa tidak berpengaruh bangak karen pilpres itu adalah penilaian individu. Sekarang memang secara individu Prabowo di atas angin tapi kalau ada reborn bisa bergeser. Kalau dukungan partai iya koalisi Prabowo lebih gemuk tapi itu belum tentu bisa mendongkrak," ungkapnya.
Pernyataan senada juga disampaikan analis Komunikasi Politik Lembaga Survei Kedai Kopi Hendri Satrio. SBY dinilai akan taat fakta dengan koalisinya yang baru nantinya.
"Menurut saya sekarang Demokrat tujuannya sudah berbeda. Tujuannya lebih pada mengangkat kemenangan elektabilitas partai Demokrat lebih tinggi daripada pemilu sebelumnya," ungkap dia.
Sedangkan pengaruh SBY dalam menambah suara menurutnya akan berpengaruh. Hal ini disebabkan karakter publik yang senang bernostalgia khususnya saat SBY menjadi presiden selama dua periode.
"Ada pastinya walau sedikit. Karena orang Indonesia ini suka nostalgia sehingga nostalgia yang paling dekat itu adalah di SBY. Jadi itu sedikit banyak akan mengajak masyarakat tentang siapa yang membangun saat itu, apa yang dilakukan dan lain-lain," ujarnya. Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id