Perlu diketahui, tidak semua kendaraan cocok mengonsumsi jenis bahan bakar ini, salah satunya motor yang masih mengandalkan sistem karburator.
Motor karburator tidak dianjurkan menggunakan bioetanol (seperti E20, E85, atau bahan bakar dengan kandungan etanol tinggi) karena beberapa alasan teknis dan material, antara lain:
1. Berpotensi merusak mesin
Etanol membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk pembakaran sempurna dibanding bensin. Karburator pada motor lama tidak otomatis menyesuaikan AFR, sehingga campuran bisa terlalu miskin (lean), menyebabkan mesin cepat panas, knocking (detonasi), performa turun, hingga kerusakan mesin dalam jangka panjang.
Baca juga:
Bangun Pabrik Bioetanol Jadi Langkah Penting PNRE
2. Korosif terhadap komponen logam dan karet
Etanol bersifat korosif dan menyerap air (higroskopis), yang bisa merusak selang bahan bakar, seal karet, serta komponen logam (karburator, tangki, dan lain-lain). Motor karburator biasanya tidak dibuat dari material tahan etanol, terutama untuk E20 ke atas.
3. Sulit menguap di suhu dingin
Etanol memiliki titik penguapan lebih tinggi dibanding bensin. Pada pagi hari atau cuaca dingin, mesin karburator susah hidup karena bahan bakar sulit menguap.
Berbeda dengan motor injeksi yang punya sensor dan kontrol otomatis untuk mengatasi ini, motor karburator tidak mengadopsi sistem tersebut.
4. Konsumsi bahan bakar lebih boros
Etanol punya energi lebih rendah dibanding bensin. Tanpa penyetelan ulang karburator, efisiensi turun alias akan boros BBM.
Motor karburator tidak dirancang untuk bioetanol, sehingga penggunaannya berisiko merusak mesin, boros, dan tidak efisien. Berbeda dengan motor injeksi modern jauh lebih kompatibel dengan bioetanol karena bisa menyesuaikan AFR dan menggunakan material tahan etanol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id