Jakarta: Turbocharge atau lebih kenal dengan nama turbo merupakan salah satu metode mendongkrak performa mesin tanpa mengorbankan konsumsi bensin dan emisi gas buang. Secara teknis, tenaga mesin dapat meningkat jika kapasitas mesin ditambah dengan risiko meningkatnya asupan bahan bakar. Pengaplikasian teknologi forced induction pada turbo mampu membuat mesin, bahkan dengan kapasitas lebih kecil, sanggup untuk menghasilkan kinerja setara mesin normally aspirated (NA) dengan kubikasi lebih besar sekitar 1,5 kalinya.
Prinsip kerja turbocharge adalah dengan memanfaatkan aliran udara panas dari gas buang mesin untuk menambah tekanan dan kepadatan udara di ruang bakar. Cara kerjanya, gas buang dari mesin tidak langsung diarahkan ke knalpot melainkan ke perangkat turbo terlebih dahulu yang di dalamnya terdapat sebuah turbin yang memutar poros turbo.
Selanjutnya, kompresor yang berada satu poros dengan turbin akan memanfaatkan energi mekanis yang dihasilkan untuk mengisap dan memampatkan lebih banyak udara dari luar ke dalam ruang bakar mesin. Sebagai gambaran, mesin normal tanpa turbo hanya mengandalkan kevakuman di dalam ruang mesin untuk menarik udara masuk ke dalamnya sehingga tidak sepadat udara yang didorong oleh turbo.
Putaran yang dihasilkan di dalam turbo bisa mencapai 150 ribu rpm, lebih cepat sampai 30 kali lipat daripada putaran mesin mobil biasa. Tapi biasanya turbocharge baru akan bekerja saat mesin berputar pada rpm tertentu sebab turbin baru akan berputar ketika gas buang mempunyai tekanan yang cukup.
Semakin cepat putaran mesin, semakin kuat pula dorongan gas buang ke turbin. Semakin kuat putaran turbin juga akan memaksa putaran kompresor ikut meningkat dimana udara yang masuk ke dalam ruang bakar kian padat, kaya oksigen, dan bertekanan tinggi.
Dengan begitu, campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar akan memiliki daya ledak tinggi ketika busi memantik api untuk membakar campuran keduanya. Alhasil, tenaga dan torsi yang disalurkan dalam satu siklus mesin pembakaran dalam akan meningkat secara signifikan karena besarnya daya dorong piston akibat kuatnya daya ledak di dalam ruang bakar, seperti dikutip dari situs resmi Toyota.
Bila berkaca kepada sejarah, awalnya teknologi turbo ini merupakan sebuah usaha untuk memecahkan masalah kehilangan tenaga atau stall mesin pesawat konvensional dan terbukti mampu menjalankan misinya di awal era 1900-an. Keberhasilan turbo mendorong pabrikan aviasi untuk melengkapi pesawat-pesawat tempur di masa Perang Dunia II dengan turbocharge agar terbang lebih cepat dan efisien. Tidak hanya di dunia penerbangan, mesin turbo juga diaplikasikan oleh industri mesin kapal laut dan kereta api di 1920-an.
Turbo di masa awal penemuan masih berukuran jumbo dan dipasang di mesin-mesin besar seperti mesin pesawat terbang. Ketika itu ukuran turbo dinilai tidak praktis untuk dimanfaatkan oleh mesin mobil. Namun, seiring perkembangan teknologi, ukuran turbo akhirnya berevolusi menjadi lebih ringkas sehingga dapat diaplikasikan pada mesin mobil, bahkan menjadi salah satu idola untuk meningkatkan performa secara instan dan drastis.
Hingga sekarang ini, teknologi turbo sudah lazim digunakan di berbagai jenis mobil mulai dari Toyota Raize dan mesin diesel Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport, Honda CR-V, DFSK Glory 580, Wuling Almaz, dan berbagai model mobil lainnya.
Jakarta: Turbocharge atau lebih kenal dengan nama turbo merupakan salah satu metode mendongkrak performa mesin tanpa mengorbankan konsumsi bensin dan emisi gas buang. Secara teknis, tenaga mesin dapat meningkat jika kapasitas mesin ditambah dengan risiko meningkatnya asupan bahan bakar. Pengaplikasian teknologi forced induction pada turbo mampu membuat mesin, bahkan dengan kapasitas lebih kecil, sanggup untuk menghasilkan kinerja setara mesin normally aspirated (NA) dengan kubikasi lebih besar sekitar 1,5 kalinya.
Prinsip kerja turbocharge adalah dengan memanfaatkan aliran udara panas dari gas buang mesin untuk menambah tekanan dan kepadatan udara di ruang bakar. Cara kerjanya, gas buang dari mesin tidak langsung diarahkan ke knalpot melainkan ke perangkat turbo terlebih dahulu yang di dalamnya terdapat sebuah turbin yang memutar poros turbo.
Selanjutnya, kompresor yang berada satu poros dengan turbin akan memanfaatkan energi mekanis yang dihasilkan untuk mengisap dan memampatkan lebih banyak udara dari luar ke dalam ruang bakar mesin. Sebagai gambaran, mesin normal tanpa turbo hanya mengandalkan kevakuman di dalam ruang mesin untuk menarik udara masuk ke dalamnya sehingga tidak sepadat udara yang didorong oleh turbo.
Putaran yang dihasilkan di dalam turbo bisa mencapai 150 ribu rpm, lebih cepat sampai 30 kali lipat daripada putaran mesin mobil biasa. Tapi biasanya turbocharge baru akan bekerja saat mesin berputar pada rpm tertentu sebab turbin baru akan berputar ketika gas buang mempunyai tekanan yang cukup.
Semakin cepat putaran mesin, semakin kuat pula dorongan gas buang ke turbin. Semakin kuat putaran turbin juga akan memaksa putaran kompresor ikut meningkat dimana udara yang masuk ke dalam ruang bakar kian padat, kaya oksigen, dan bertekanan tinggi.
Dengan begitu, campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar akan memiliki daya ledak tinggi ketika busi memantik api untuk membakar campuran keduanya. Alhasil, tenaga dan torsi yang disalurkan dalam satu siklus mesin pembakaran dalam akan meningkat secara signifikan karena besarnya daya dorong piston akibat kuatnya daya ledak di dalam ruang bakar, seperti dikutip dari situs resmi Toyota.
Bila berkaca kepada sejarah, awalnya teknologi turbo ini merupakan sebuah usaha untuk memecahkan masalah kehilangan tenaga atau stall mesin pesawat konvensional dan terbukti mampu menjalankan misinya di awal era 1900-an. Keberhasilan turbo mendorong pabrikan aviasi untuk melengkapi pesawat-pesawat tempur di masa Perang Dunia II dengan turbocharge agar terbang lebih cepat dan efisien. Tidak hanya di dunia penerbangan, mesin turbo juga diaplikasikan oleh industri mesin kapal laut dan kereta api di 1920-an.
Turbo di masa awal penemuan masih berukuran jumbo dan dipasang di mesin-mesin besar seperti mesin pesawat terbang. Ketika itu ukuran turbo dinilai tidak praktis untuk dimanfaatkan oleh mesin mobil. Namun, seiring perkembangan teknologi, ukuran turbo akhirnya berevolusi menjadi lebih ringkas sehingga dapat diaplikasikan pada mesin mobil, bahkan menjadi salah satu idola untuk meningkatkan performa secara instan dan drastis.
Hingga sekarang ini, teknologi turbo sudah lazim digunakan di berbagai jenis mobil mulai dari Toyota Raize dan mesin diesel Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport, Honda CR-V, DFSK Glory 580, Wuling Almaz, dan berbagai model mobil lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)