Jakarta: Mengemudi di jalur yang menanjak, khususnya di daerah pegunungan, memang terbilang spesial karena salah-salah mobil bisa tidak kuat melibas jalur di depannya. Tentu ketika mobil gagal melewati tanjakan, ada sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi hal tersebut.
Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu, menjelaskan pengemudi harus memperhatikan dengan seksama ketika mobil gagal melintasi tanjakan. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dan dicermati oleh pengemudi ketika mobil yang ditumpangi gagal melintasi tanjakan.
"Ada 3 faktor utama kenapa mobil gagal menanjak. Ketiganya adalah faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor kendaraan," ungkap Jusri Kamis (10/12/2020) di acara Bedah Teknologi Hill Hold Control Bersama DFSK Glory Series di Jakarta Utara.
Dia menyebutkan untuk faktor manusia ini terkait dengan gaya dan kemampuan mengemudi. Jusri bahkan berani menyebut untuk para pengemudi yang sudah mengendarai mobil bertahun-tahun belum tentu tahu dasar-dasar mengemudi yang baik dan benar.
"Mengemudi sekian tahun pun kalau kita bicara soal dasar, orang Indonesia belum tentu dia kompeten. Sedangkan kita memiliki SIM itu harusnya kompeten. Sehingga apa yang terjadi, kualitas pengemudi pun menjadi tanda tanya," ucap Jusri.
Soal kebiasaan pengemudi untuk melewati jalan yang menanjak atau tidak juga menjadi salah satu pertimbangan dari kemampuan mengemudi. Selain itu, tidak jarang juga pengemudi yang memaksakan kendaraannya untuk membawa muatan berlebih (overload), yang kemudian bisa saja membuat panik ketika menanjak dan berakhir dengan kendaraan gagal menanjak.
Kemudian faktor lingkungan, khususnya permukaan lintasan, juga turut andil membuat mobil gagal nanjak. Bisa karena elevasi jalan, permukaan jalan licin, atau jalanan yang sempit membuat mobil gagal melibas jalanan tanjakan di depannya.
Faktor terakhir adalah soal mobil yang sangat berpengaruh terhadap perawatan kendaraan di mulai dari kondisi kopling, oli, hingga tekanan angin ban. Bahkan tekanan angin ban yang tidak sesuai dengan ketentuan yang dibuat pabrikan bisa membuat mobil gagal menanjak.
"Bisa seperti di puncak (Bogor) itu menanjak macet. Mobil itu tidak usah dengan matik, tidak usah dengan CVT, manual saja sering hilang tenaga karena selip. Selip karena mereka setengah kopling, kalau kita macet-macetan (di tanjakan) yang namanya kanvas kopling hangus mobil manual itu banyak sekali," tegas Jusri.
Jakarta: Mengemudi di jalur yang menanjak, khususnya di daerah pegunungan, memang terbilang spesial karena salah-salah mobil bisa tidak kuat melibas jalur di depannya. Tentu ketika mobil gagal melewati tanjakan, ada sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi hal tersebut.
Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu, menjelaskan pengemudi harus memperhatikan dengan seksama ketika mobil gagal melintasi tanjakan. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dan dicermati oleh pengemudi ketika mobil yang ditumpangi gagal melintasi tanjakan.
"Ada 3 faktor utama kenapa mobil gagal menanjak. Ketiganya adalah faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor kendaraan," ungkap Jusri Kamis (10/12/2020) di acara Bedah Teknologi Hill Hold Control Bersama DFSK Glory Series di Jakarta Utara.
Dia menyebutkan untuk faktor manusia ini terkait dengan gaya dan kemampuan mengemudi. Jusri bahkan berani menyebut untuk para pengemudi yang sudah mengendarai mobil bertahun-tahun belum tentu tahu dasar-dasar mengemudi yang baik dan benar.
"Mengemudi sekian tahun pun kalau kita bicara soal dasar, orang Indonesia belum tentu dia kompeten. Sedangkan kita memiliki SIM itu harusnya kompeten. Sehingga apa yang terjadi, kualitas pengemudi pun menjadi tanda tanya," ucap Jusri.