Jakarta: Bulan Juni-Agustus 2021 merupakan puncak musim kemarau di Indonesia. Namun, musim kemarau bulan ini cukup unik karena berpotensi basah sebab ada ketidakstabilan antara cuaca panas dengan hujan, serta suhu yang naik turun.
Kondisi ini yang kerap disebut cuaca ekstrem dan terjadi selama sepekan terakhir. Bagi pemilik kendaraan, situasi ini dapat meningkatkan risiko kerusakan kendaraan dan ban beresiko terdampak karena mengalami kontak langsung pada jalanan. National Sales Manager PCR Radial Tire PT Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono, menjelaskan dampak dari ban yang terpapar suhu panas atau dingin secara konstan.
“Pengendara harus cermat memperhatikan cuaca yang tidak menentu karena akan mempengaruhi suhu udara. Saat cuaca sedang panas, temperatur aspal akan naik dan meningkatkan risiko ban overheat lebih cepat sehingga ban bisa rusak. Sementara saat cuaca hujan, suhu akan turun dan mengakibatkan turunnya tekanan udara pada ban. Konstruksi ban bisa rapuh saat digunakan. Selain itu, ban yang melaju di aspal basah bisa mengalami hydroplaning. Ban tidak mampu menepis genangan air, kemudian tergelincir keluar dari jalur,” jelas Apriyanto melalui keterangan resminya.
Lalu bagaimana cara mengantisipasi ban mengalami kerusakan di musim cuaca ekstrem?
Pertama, pertahankan cara mengemudi yang baik dengan tidak mengemudi terlalu cepat, tidak melakukan kemudi tikungan (cornering) berlebihan, dan mengurangi frekuensi rem mendadak.
Kedua, cek tekanan angin ban secara berkala minimal 10 hari sekali dengan tekanan ideal sesuai dengan rekomendasi pabrik. Penting untuk mengisi angin ban setiap bulannya agar ban dapat dipakai lebih lama, dan mengganti ban kendaraan dengan ban cadangan jika sudah terlalu tua atau mulai aus.
Ketiga, kelola batasan muatan kendaraan karena ban memiliki batasan muatannya masing-masing. Semakin tinggi beban, ban akan menghambat putaran fisik lebih keras ketika bergerak dan menciptakan kondisi overload pada kendaraan yang mengakibatkan panas berlebihan yang dapat merusak bentuk dan durabilitas ban.
Keempat, pilih ban yang cocok dengan kondisi cuaca keberadaan Anda dan medan yang akan ditempuh. Misal, gunakanlah ban musim panas (summer) yang menjanjikan level cengkraman yang handal di jalanan baik basah maupun kering selama musim panas. Selain itu ada ban semua musim (all-season) yang memiliki kapabilitas seimbang baik secara durabilitas dan performa dalam menghadapi musim panas maupun musim hujan.
“Guna mencegah dampak buruk dari cuaca dan suhu yang tidak stabil mendekati musim kemarau ini, kami gencar merekomendasikan penggunaan ban musim panas (summer) dan segala musim (all-season) seperti Ventus Prime3 dan Ventus V2 concept2. Kedua ban ini cocok untuk menghadapi cuaca panas dan hujan dalam jarak tempuh yang jauh,” ucap Apriyanto.
Meskipun ban musim panas dan ban segala musim memiliki kegunaan yang sama dalam menghadapi cuaca panas dan hujan, perlu diketahui bahwa ada perbedaan struktur ban dan performa yang spesifik dari keduanya. Ban musim panas didesain untuk memberikan stabilitas dalam berkendara. Dibuat dari senyawa kompon campuran karet, bentuk ban tidak mudah berubah saat digunakan di jalanan bertemperatur tinggi. Keunggulan tersebut cocok bagi kendaraan berperforma tinggi (high-performance).
Sementara itu, ban segala musim didesain untuk menghasilkan traksi optimal dengan menyeimbangkan kapasitas seperti cengkraman ban, pengereman, dan tikungan demi memberikan kenyamanan berkendara khususnya saat musim hujan. Ban ini biasanya punya alur yang lebih dalam dan desain tapak yang simetris, sehingga pengendara punya banyak opsi memaksimalkan keausan berbagai sisi ban saat rotasi.
Jika Anda menginginkan ban yang dapat digunakan jangka panjang dan mampu beradaptasi dengan baik saat musim panas dan hujan maka ban segala musim adalah pilihan terbaik. Sementara jika Anda memiliki kendaraan high-performance dan ingin merasakan pengalaman berkendara yang maksimal di musim kemarau sebaiknya menggunakan ban summer.
Jakarta: Bulan Juni-Agustus 2021 merupakan puncak musim kemarau di Indonesia. Namun, musim kemarau bulan ini cukup unik karena berpotensi basah sebab ada ketidakstabilan antara cuaca panas dengan hujan, serta suhu yang naik turun.
Kondisi ini yang kerap disebut cuaca ekstrem dan terjadi selama sepekan terakhir. Bagi pemilik kendaraan, situasi ini dapat meningkatkan risiko kerusakan kendaraan dan ban beresiko terdampak karena mengalami kontak langsung pada jalanan. National Sales Manager PCR Radial Tire PT Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono, menjelaskan dampak dari ban yang terpapar suhu panas atau dingin secara konstan.
“Pengendara harus cermat memperhatikan cuaca yang tidak menentu karena akan mempengaruhi suhu udara. Saat cuaca sedang panas, temperatur aspal akan naik dan meningkatkan risiko ban overheat lebih cepat sehingga ban bisa rusak. Sementara saat cuaca hujan, suhu akan turun dan mengakibatkan turunnya tekanan udara pada ban. Konstruksi ban bisa rapuh saat digunakan. Selain itu, ban yang melaju di aspal basah bisa mengalami hydroplaning. Ban tidak mampu menepis genangan air, kemudian tergelincir keluar dari jalur,” jelas Apriyanto melalui keterangan resminya.
Lalu bagaimana cara mengantisipasi ban mengalami kerusakan di musim cuaca ekstrem?
Pertama, pertahankan cara mengemudi yang baik dengan tidak mengemudi terlalu cepat, tidak melakukan kemudi tikungan (cornering) berlebihan, dan mengurangi frekuensi rem mendadak.