Uji coba bensin dengan campuran Bioetanol 5%. PTPN III
Uji coba bensin dengan campuran Bioetanol 5%. PTPN III

Pemerintah akan Kembangkan Bioetanol Secara Masif

Ekawan Raharja • 17 Juli 2023 08:44
Jakarta: Setelah sukses mengembangkan Biodiesel, Pemerintah berencana untuk mengembangkan Bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) untuk menjadi bahan bakar kendaraan. Pengembangan yang sudah dilakukan Pemerintah saat ini masih dalam skala pilot project untuk menghitung kualitas bahan bakar yang dihasilkan dan nilai keekonomiannya.
 
"Pengembangan bahan bakar nabati yang terbarukan dan terbukti dapat meningkatkan perekonomian rakyat kecil. Ini sesuatu yang bagus dan sudah ada contohnya di beberapa negara tropis seperti di Brazil," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dikutip di situs resmi Kementerian ESDM.
 
Menurut Arifin, pengembangan jenis bahan bakar baru harus melalui serangkaian tahapan dan pengujian agar tergambar kelayakan untuk diproduksi secara massal. Menurutnya respon masyarakat nanti akan berdampak kepada skala ekonomis yang dibutuhkan bioetanol.

"Uji coba dulu respon dari masyarakat baik atau tidak kemudian kualitasnya bagus atau tidak dan memang harus ada tahap-tahapan seperti itu. Dan jika sudah skala besar, kita akan bangun industrinya. Pasti kita harus menuju ke sana karena kita masih punya lahan yang luas," lanjut Arifin.
 
Baca Juga:
Peranan SNI untuk Ekosistem Kendaraan Listrik

 
Tim Studi Bioetanol ITB telah melakukan kajian pencampuran etanol 5 persen ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92). Studi ITB tersebut konsisten dengan kajian pencampuran etanol 5 persen dengan pertalite RON 90 yang dilakukan oleh PT Pertamina.
 
Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi melalui pengurangan ketergantungan impor bahan bakar minyak nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
 
Hasil riset ITB tersebut juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar USD2,6 miliar dari substitusi impor diesel melalui program Biodiesel kelapa sawit. Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pada tahun 2040, atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak tahun 2021.
 
Bahwa penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.
 
Baca Juga:
Perusahaan Logistik Di Indonesia Mulai Pakai Mobil Listrik

 
Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43 persen termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2,5, dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen pada tahun 2025. Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.
 
Untuk mendukung program substitusi BBM ke BBN ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bersama tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan didukung oleh US Grains Council (USGC) juga telah berhasil menyusun Peta Jalan Strategis untuk Percepatan Implementasi Bioetanol di Indonesia. Kajian peta jalan yang mulai disusun sejak 2021, guna mendukung program implementasi penggunaan Bioetanol pada bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan mempersiapkan industri Bioetanol di Indonesia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan