Chongqing - Baterai di kendaraan listrik adalah komponen yang paling utama dan diklaim jadi solusi mobilitas ramah lingkungan jika pengolahan, penggunaan bahan baku dan rantai siklusnya benar. Namun banyak juga ketakutan tentang bahaya baterai di kendaraan jika mengalami masalah saat kecelakaan yang kemungkinan bisa tertusuk benda tajam. Misalnya tertusuk dan menyebabkan baterai meledak hebat.
Hal ini memicu brand otomotif besar asal China yaitu BYD mati-matian melakukan riset besar untuk mengembangkan ragam baterai untuk banyak keperluan. Termasuk untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik. Namun konsentrasi besar mereka untuk mengembangkan baterai ini berbasis dari lithium fosfat baterai yang dinilai memenuhi standar keamanan tinggi yang mereka terapkan.
Banyak kelebihan yang bisa mereka dapatkan dari desain baterai yang mereka namakan blade battery itu. Di antaranya adalah desain metalnya yang minimalis, LFP battery 8 dimensi dengan 4 lapisan pengaman, durasi dan daya tahan lebih panjang, bisa memasok energi lebih cepat dan temperaturnya adem di rentang -35 derajat hingga lebih dari 55 derajat.
"Semua kelebihan yang ada di pabrik baterai BYD yang ada di Provinsi Chongqing ini memang jadi kekuatan yang BYD. Ya memang tidak salah jika orang lebih mengenal BYD sebagai perusahaan teknologi dan baterai, lantaran sejak kemunculan Kami di 1995 dan 1996 sudah mengembangkan baterai lithium-ion," ujar Presiden Direktur BYD Indonesia, Eagle Zhao saat memberikan keterangan resmi soal pabrik tersebut kepada Medcom.id pada Selasa (19/12/2023) di Chongqing.
Saat berkunjung langsung ke pabrik baterai mereka ini, terdapat alat peraga yang mereka perlihatkan bahwa penggunaan baterai mereka llebih aman dari baterai tipe NCM atau baterai berbasis nikel. Ketika baterai berbasis nikel ditusuk, langsung meledak dan terbakar hingga semua selnya habis. Sementara baterai yang lithium-ion yang mereka produksi tidak bereaksi apa-apa. Hal ini yang membuat mereka tak ingin mengambil risiko besar untuk keselamatan di kendaraan.
Eagle melanjutkan bahwa pabrik tersebut, kini berdiri dalam divisi sendiri dengan nama FinDreams. Hal ini mereka lakukan untuk membuat pabrik baterai ini bisa melakukan bisnis penjualan baterai kepada perusahaan otomotif dan perusahaan teknologi lainnya. Meski tetap perusahaan ini berada di bawah kontrol BYD Group secara umum.
Kemampuan lain yang mereka klaim bukan soal riset baterai untuk penggunaan yang lebih panjang dan aman, namun juga kemampuan 100% mulai dari desain, produksi hingga mendaur ulang baterai. Tidak semua penghasil baterai memiliki kemampuan untuk mendaur ulang baterai. FinDreams, mendaur ulang baterai dengan cara mengubahnya menjadi energi storage system yang salah satunya dalam bentuk solar system.
Chongqing - Baterai di
kendaraan listrik adalah komponen yang paling utama dan diklaim jadi solusi mobilitas ramah lingkungan jika pengolahan, penggunaan bahan baku dan rantai siklusnya benar. Namun banyak juga ketakutan tentang bahaya baterai di kendaraan jika mengalami masalah saat kecelakaan yang kemungkinan bisa tertusuk benda tajam. Misalnya tertusuk dan menyebabkan baterai meledak hebat.
Hal ini memicu brand otomotif besar asal China yaitu
BYD mati-matian melakukan riset besar untuk mengembangkan ragam baterai untuk banyak keperluan. Termasuk untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik. Namun konsentrasi besar mereka untuk mengembangkan baterai ini berbasis dari lithium fosfat baterai yang dinilai memenuhi standar keamanan tinggi yang mereka terapkan.
Banyak kelebihan yang bisa mereka dapatkan dari desain baterai yang mereka namakan blade battery itu. Di antaranya adalah desain metalnya yang minimalis, LFP battery 8 dimensi dengan 4 lapisan pengaman, durasi dan daya tahan lebih panjang, bisa memasok energi lebih cepat dan temperaturnya adem di rentang -35 derajat hingga lebih dari 55 derajat.
"Semua kelebihan yang ada di pabrik baterai BYD yang ada di Provinsi Chongqing ini memang jadi kekuatan yang BYD. Ya memang tidak salah jika orang lebih mengenal BYD sebagai perusahaan teknologi dan baterai, lantaran sejak kemunculan Kami di 1995 dan 1996 sudah mengembangkan baterai lithium-ion," ujar Presiden Direktur BYD Indonesia, Eagle Zhao saat memberikan keterangan resmi soal pabrik tersebut kepada Medcom.id pada Selasa (19/12/2023) di Chongqing.
Saat berkunjung langsung ke pabrik baterai mereka ini, terdapat alat peraga yang mereka perlihatkan bahwa penggunaan baterai mereka llebih aman dari baterai tipe NCM atau baterai berbasis nikel. Ketika baterai berbasis nikel ditusuk, langsung meledak dan terbakar hingga semua selnya habis. Sementara baterai yang lithium-ion yang mereka produksi tidak bereaksi apa-apa. Hal ini yang membuat mereka tak ingin mengambil risiko besar untuk keselamatan di kendaraan.
Eagle melanjutkan bahwa pabrik tersebut, kini berdiri dalam divisi sendiri dengan nama FinDreams. Hal ini mereka lakukan untuk membuat pabrik baterai ini bisa melakukan bisnis penjualan baterai kepada perusahaan otomotif dan perusahaan teknologi lainnya. Meski tetap perusahaan ini berada di bawah kontrol BYD Group secara umum.
Kemampuan lain yang mereka klaim bukan soal riset baterai untuk penggunaan yang lebih panjang dan aman, namun juga kemampuan 100% mulai dari desain, produksi hingga mendaur ulang baterai. Tidak semua penghasil baterai memiliki kemampuan untuk mendaur ulang baterai. FinDreams, mendaur ulang baterai dengan cara mengubahnya menjadi energi storage system yang salah satunya dalam bentuk solar system.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)