Jakarta: Regulasi kendaraan listrik atau kendaraan zero emisi, memang jadi regulasi yang paling ditunggu oleh industri otomotif dunia yang masuk secara resmi di Indonesia. Mengingat beberapa pabrikan yang sudah mempunyai produk kendaraan listrik, masih terkendala soal regulasi yang belum ada dan infrastruktur yang juga masih jarang.
Namun menjelang dibukanya pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE, BSD City pada Kamis (18/7/2019) besok, sebagian besar industri otomotif sudah membawa mobil listrik miliknya. Tentu mobil listrik yang dimaksud punya tahapan, mulai dari hybrid, plug-in hybrid dan listrik murni.
"Membuat masyarakat yang awalnya menggunakan kendaraan dengan mesin konvensional berpindah ke kendaraan yang sepenuhnya berpenggerak motor listrik, itu bukan hal mudah. Dibutuhkan proses setahap demi setahap, karena perilaku mobil listrik dengan mobil bermesin konvensional itu sangat berbeda. Makanya kami akan meluncurkan secara resmi mobil yang berteknologi plug-in hybrid electric vehicle terlebih dulu," ujar Chairman Mitsubishi Motors Corporation (MMC), Osamu Masuko di Fairmont Hotel, Jakarta pada Rabu (17/7/2019).
Ia melanjutkan, bahwa saat ini baru Indonesia yang melakukan pemasaran New Outlander PHEV di wilayah ASEAN. Sehingga mereka percaya bahwa proses elektrifikasi di negara ini akan berlangsung dengan cepat. Target 20 persen kendaraan listrik pada 2025 nanti, tentu bukan hal mudah, namun jika pemerintah memberikan regulasi yang mendukung kemudahan mobil ini diserap konsumen di Indonesia, maka itu akan sangat membantu.
"Prosesnya adalah memberikan pengenalan ke konsumen tentang kendaraan listrik dan tahapannya. Kalau mereka sudah mengerti perilaku menggunakan mobil listrik, maka tahap selanjutnya adalah mulai mensosialisasikan mobil berpenggerak listrik murni."
Dalam pernyataan persnya, Masuko San menegaskan bahwa mobil berteknologi PHEV atau listrik milik mereka, bukan hanya berfungsi sebagai kendaraan. Namun juga berfungsi sebagai pembangkit listrik untuk rumah, terutama dalam kondisi genting pasca bencana alam seperti gempa bumi dan lain-lain.
Ia memberikan contoh tentang sebuah keluarga yang akhirnya bisa bertahan hidup selama 10 hari di daerah yang terisolasi karena bencana alam di Jepang. Mereka mengandalkan tenaga listrik dari mobil listrik mereka sebagai pembangkit listrik rumahnya.
Sayangnya, harga yang masih sangat mahal membuat kening jadi berkerut. Apalagi ditambah penggerak rodanya tergolong 4 wheel drive, membuat harga semakin tinggi. Tentu ini jadi tugas besar pemerintah untuk membuat harga mobil-mobil listrik di Indonesia jadi lebih terjangkau konsumen.
Jakarta: Regulasi kendaraan listrik atau kendaraan zero emisi, memang jadi regulasi yang paling ditunggu oleh industri otomotif dunia yang masuk secara resmi di Indonesia. Mengingat beberapa pabrikan yang sudah mempunyai produk kendaraan listrik, masih terkendala soal regulasi yang belum ada dan infrastruktur yang juga masih jarang.
Namun menjelang dibukanya pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE, BSD City pada Kamis (18/7/2019) besok, sebagian besar industri otomotif sudah membawa mobil listrik miliknya. Tentu mobil listrik yang dimaksud punya tahapan, mulai dari hybrid, plug-in hybrid dan listrik murni.
"Membuat masyarakat yang awalnya menggunakan kendaraan dengan mesin konvensional berpindah ke kendaraan yang sepenuhnya berpenggerak motor listrik, itu bukan hal mudah. Dibutuhkan proses setahap demi setahap, karena perilaku mobil listrik dengan mobil bermesin konvensional itu sangat berbeda. Makanya kami akan meluncurkan secara resmi mobil yang berteknologi plug-in hybrid electric vehicle terlebih dulu," ujar Chairman Mitsubishi Motors Corporation (MMC), Osamu Masuko di Fairmont Hotel, Jakarta pada Rabu (17/7/2019).
Ia melanjutkan, bahwa saat ini baru Indonesia yang melakukan pemasaran New Outlander PHEV di wilayah ASEAN. Sehingga mereka percaya bahwa proses elektrifikasi di negara ini akan berlangsung dengan cepat. Target 20 persen kendaraan listrik pada 2025 nanti, tentu bukan hal mudah, namun jika pemerintah memberikan regulasi yang mendukung kemudahan mobil ini diserap konsumen di Indonesia, maka itu akan sangat membantu.
"Prosesnya adalah memberikan pengenalan ke konsumen tentang kendaraan listrik dan tahapannya. Kalau mereka sudah mengerti perilaku menggunakan mobil listrik, maka tahap selanjutnya adalah mulai mensosialisasikan mobil berpenggerak listrik murni."
Dalam pernyataan persnya, Masuko San menegaskan bahwa mobil berteknologi PHEV atau listrik milik mereka, bukan hanya berfungsi sebagai kendaraan. Namun juga berfungsi sebagai pembangkit listrik untuk rumah, terutama dalam kondisi genting pasca bencana alam seperti gempa bumi dan lain-lain.
Ia memberikan contoh tentang sebuah keluarga yang akhirnya bisa bertahan hidup selama 10 hari di daerah yang terisolasi karena bencana alam di Jepang. Mereka mengandalkan tenaga listrik dari mobil listrik mereka sebagai pembangkit listrik rumahnya.
Sayangnya, harga yang masih sangat mahal membuat kening jadi berkerut. Apalagi ditambah penggerak rodanya tergolong 4 wheel drive, membuat harga semakin tinggi. Tentu ini jadi tugas besar pemerintah untuk membuat harga mobil-mobil listrik di Indonesia jadi lebih terjangkau konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)