Pabrik Toyota di Indonesia memproduksi kendaraan bermotor utuh dan sejumlah komponen utama seperti mesin. ANTARAFOTO/Wahyu Putro A
Pabrik Toyota di Indonesia memproduksi kendaraan bermotor utuh dan sejumlah komponen utama seperti mesin. ANTARAFOTO/Wahyu Putro A

Suzuki & Toyota Curhat Ke Kemenperin, Bahas Apa Sih?

Ekawan Raharja • 14 Juli 2025 10:48
Osaka: Pertemuan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dengan pimpinan prinsipal otomotif asal Jepang dalam agenda World Expo 2025 Osaka, Jepang, tak hanya membahas komitmen menjaga stabilitas harga dan tenaga kerja.
 
Dalam kesempatan tersebut, para pemimpin perusahaan otomotif, seperti Suzuki dan Toyota, menyampaikan aspirasi mereka langsung kepada pemerintah Indonesia.
 
Chairman Suzuki Motor Corporation, Osamu Suzuki, menyampaikan curahan hati terkait penurunan signifikan penjualan kendaraan niaga ringan di Indonesia. Produk andalan seperti Suzuki Carry terdampak kondisi pasar yang melemah.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, Agus menyampaikan pemerintah sedang mengevaluasi berbagai kebijakan untuk kembali mendorong permintaan kendaraan niaga. “Termasuk melalui pembelian pemerintah daerah dan insentif fiskal untuk UMKM,” jelas Agus melalui keterangan resminya.
 
Baca Juga:
Transmisi Manual, Hyundai: Sudah Tak Ada yang Ingin Pakai Lagi

 
Meski kondisi pasar sedang menurun, pihak pabrikan asal Hamamatsu itu tetap berkomitmen untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan mendukung pasar Indonesia. Sikap ini dinilai Agus sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlangsungan industri dan kesejahteraan tenaga kerja.
 
Sementara itu, pihak Toyota Motor Corporation mengusulkan relaksasi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk kendaraan elektrifikasi, khususnya hybrid. Toyota menilai regulasi TKDN saat ini masih cukup ketat.
 
Padahal beberapa model hybrid mereka seperti Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross telah mencapai TKDN di atas 40%. Toyota berharap regulasi TKDN bisa dibuat lebih fleksibel guna menarik investasi dan mempercepat transisi ke teknologi ramah lingkungan.
 
“Kami akan pelajari permintaan tersebut, karena prinsipnya kita ingin membangun industri otomotif nasional yang kuat namun juga kompetitif secara global,” ujar Agus.
 
Baca Juga:
Rimac Nevera R Jadi Mobil Listrik Tercepat

 
Agus juga memastikan program insentif kendaraan ramah lingkungan seperti Low Cost Green Car (LCGC) akan tetap dilanjutkan hingga tahun 2031.
 
“Program LCGC terbukti berhasil meningkatkan kepemilikan kendaraan masyarakat dan mendukung industri otomotif nasional. Oleh karena itu, insentif untuk LCGC akan kami lanjutkan hingga 2031,” jelasnya.
 
Pemerintah, kata Agus, terus mendorong kolaborasi strategis antara pemerintah dan prinsipal otomotif, terutama dalam menyongsong era elektrifikasi dan menghadapi tantangan ekonomi global.
 
“Pasar otomotif Indonesia sangat besar, dan industri ini telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Kita harus jaga bersama agar tidak terjadi guncangan di sektor ini,” tutup Menperin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan