Jakarta - Salah satu fitur unik yang ada di Mitsubishi Xforce dan tidak dimiliki oleh SUV kompak lainnya, adalah fitur altimeter. Fitur ini bisa membaca sudut kemiringan (deviasi) kendaraan berdasarkan kontur jalanan yang ada. Namun di sesi uji coba bersama yang medcom.id ikuti sejak selama 2 hari di Jawa Tengah, fitur ini terlihat seperti error.
Di mobil yang Kami gunakan fiturnya ini bekerja seperti pendulum yang bergerak di awal. Sehingga sudut deviasi kendaraan yang diukur seperti tidak ril. Misalnya saat berakselerasi dan bergerak dari titik nol, titik kemiringan kendaraan yang terbaca di fitur tersebut bisa sampai 13 derajat. Kondisi ini seperti tidak ril, mengingat kondisi jalan rata dan sudut kemiringan mobil cuma sekitar maksimal 3-4 derajat saja.
Dijelaskan oleh Brand Ambassador Mitsubishi Motors Indonesia, Rifat Sungkar yang juga merupakan pereli nasional, bahwa mobil yang Ia tumpangi pun mengalami hal yang sama. "Saya paham sama yang dikatakan tadi. Tapi perlu kita ketahui, mobil kita diisi oleh empat orang. Jadi sebenarnya travel suspensi itu akan lebih sering ketika braking, ketimbang akselerasi, karena weight transfernya itu enggak normal. Kalau kita sendiri, ukurannya akan normal," ujar Rifat.
Ia melanjutkan bahwa beban yang lebih banyak dari biasanya itu membuat travel suspensi akan naik turun. Kenapa bisa begitu? Karena suspense itu enggak bisa milih mau sendiri atau berempat. Ini kan mekanikal bukan elektrikal. Jadi ketika saat sendiri atau berdua dan beratnya enggak ada di belakang.
"Problemnya itu memang ada di belakang yang bikin naik turun. Padahal kita normal karena berat, jadi mobilnya seperti jongkok, dan ketika direm akan naik posisinya itu penyebabnya. Dan paling berasa pada saat kita berhenti lalu injak pedal gas lagi dalam kondisi jalan menanjak."
Rifat melanjutkan bahwa posisi sensor mobil ini berada di bagian depan. Sehingga mengukur deviasi kendaraan tentu akan membawa sudut deviasi yang besar karena pergerakan bagian belakang yang juga sangat besar.
"Sensornya ada di depan, jadi kayak radar, karena bebannya ada di belakang dan weight transfernya berpindah-pindah jadi patokan altimeter enggak bisa di detik pertama jadi harus nunggu dulu karena ada beban jadi akan ada deviasi yang tinggi. Jadi akan adjust seiring waktu."
Jakarta - Salah satu fitur unik yang ada di
Mitsubishi Xforce dan tidak dimiliki oleh
SUV kompak lainnya, adalah fitur altimeter. Fitur ini bisa membaca sudut kemiringan (deviasi) kendaraan berdasarkan kontur jalanan yang ada. Namun di sesi uji coba bersama yang medcom.id ikuti sejak selama 2 hari di Jawa Tengah, fitur ini terlihat seperti error.
Di mobil yang Kami gunakan fiturnya ini bekerja seperti pendulum yang bergerak di awal. Sehingga sudut deviasi kendaraan yang diukur seperti tidak ril. Misalnya saat berakselerasi dan bergerak dari titik nol, titik kemiringan kendaraan yang terbaca di fitur tersebut bisa sampai 13 derajat. Kondisi ini seperti tidak ril, mengingat kondisi jalan rata dan sudut kemiringan mobil cuma sekitar maksimal 3-4 derajat saja.
Dijelaskan oleh Brand Ambassador Mitsubishi Motors Indonesia, Rifat Sungkar yang juga merupakan pereli nasional, bahwa mobil yang Ia tumpangi pun mengalami hal yang sama. "Saya paham sama yang dikatakan tadi. Tapi perlu kita ketahui, mobil kita diisi oleh empat orang. Jadi sebenarnya travel suspensi itu akan lebih sering ketika braking, ketimbang akselerasi, karena weight transfernya itu enggak normal. Kalau kita sendiri, ukurannya akan normal," ujar Rifat.
Ia melanjutkan bahwa beban yang lebih banyak dari biasanya itu membuat travel suspensi akan naik turun. Kenapa bisa begitu? Karena suspense itu enggak bisa milih mau sendiri atau berempat. Ini kan mekanikal bukan elektrikal. Jadi ketika saat sendiri atau berdua dan beratnya enggak ada di belakang.
"Problemnya itu memang ada di belakang yang bikin naik turun. Padahal kita normal karena berat, jadi mobilnya seperti jongkok, dan ketika direm akan naik posisinya itu penyebabnya. Dan paling berasa pada saat kita berhenti lalu injak pedal gas lagi dalam kondisi jalan menanjak."
Rifat melanjutkan bahwa posisi sensor mobil ini berada di bagian depan. Sehingga mengukur deviasi kendaraan tentu akan membawa sudut deviasi yang besar karena pergerakan bagian belakang yang juga sangat besar.
"Sensornya ada di depan, jadi kayak radar, karena bebannya ada di belakang dan weight transfernya berpindah-pindah jadi patokan altimeter enggak bisa di detik pertama jadi harus nunggu dulu karena ada beban jadi akan ada deviasi yang tinggi. Jadi akan adjust seiring waktu."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)