Maranello: Pemanfaatan teknologi hybrid di mesin bensin berkubikasi kecil sukses mendongkrak performa tanpa harus mengorbankan efisiensi bahan bakar. Kombinasi mesin pembakaran dalam (internal combustion engine/ICE) dengan motor listrik di Ferrari 296 GTB menjadi contoh sukses bagaimana performa sebuah supercar ditingkatkan, hampir mendekati performa hypercar.
Mobil kelahiran Maranello, Italia, ini sejatinya hanya dibekali dengan mesin V6 Turbocharged dengan kemiringan 120 derajat berkapasitas hanya 2.992 cc. Mesin ini merupakan pengembangan baru dan tidak terkait dengan Nettuno Maserati pada MC20.
Penggunaan turbocharged yang ada di dalamnya tidak hanya sekadar untuk meningkatkan performa terbaik. Pemasangan komponen berbentuk ruang keong ini digunakan untuk mengurangi bobot mesin dan menurunkan pusat gravitasi.
Dalam pengembangan mesin terbaru ini, para insinyur memanfaatkan arsitektur ruang bakar di mesin miliki SF90 Stradele, dan menggunakan turbocharger IHI baru yang bekerja hingga 180.000 rpm.
Apabila hanya mengandalkan mesin bensinnya saja, performa 296 GTB sudah mencapai 654 daya kuda. Performa ini kemudian meningkat drastis setelah disematkan dinamo hingga 818 daya kuda dengan torsi 740 Nm.
Tenaga 164 daya kuda dari dinamo ini disediakan di roda belakang, secara keseluruhan membuat akselerasi 0-100 kilometer per jam (kpj) 296 GTB tembus di 2,9 detik. Capaian ini setara dengan F8 yang menggunakan mesin V8 3.900 cc.
Saat melaju di jalur datar, mobil ini akan menempuh kecepatan tertinggi lebih dari 205 mil/jam (330 km/jam). Sedikit lebih rendah daripada supercar V8 bertenaga konvensional.
Kawin silang mesin ICE dengan dinamo ini bukan hal pertama yang dilakukan oleh rival dari Lamborghini dan McLaren. Sebelumnya sudah ada LaFerrari dan juga SF90 Stradale di jajaran supercar Kuda Jingkrak.
Kini dengan kehadiran 296 GTB, para orang kaya mendapatkan alternatif lain selain McLaren Artura. Sama-sama supercar dengan mesin V6 3.000 cc Turbocharged hybrid.
Maranello: Pemanfaatan teknologi hybrid di mesin bensin berkubikasi kecil sukses mendongkrak performa tanpa harus mengorbankan efisiensi bahan bakar. Kombinasi mesin pembakaran dalam (internal combustion engine/ICE) dengan motor listrik di Ferrari 296 GTB menjadi contoh sukses bagaimana performa sebuah supercar ditingkatkan, hampir mendekati performa hypercar.
Mobil kelahiran Maranello, Italia, ini sejatinya hanya dibekali dengan mesin V6 Turbocharged dengan kemiringan 120 derajat berkapasitas hanya 2.992 cc. Mesin ini merupakan pengembangan baru dan tidak terkait dengan Nettuno Maserati pada MC20.
Penggunaan turbocharged yang ada di dalamnya tidak hanya sekadar untuk meningkatkan performa terbaik. Pemasangan komponen berbentuk ruang keong ini digunakan untuk mengurangi bobot mesin dan menurunkan pusat gravitasi.
Dalam pengembangan mesin terbaru ini, para insinyur memanfaatkan arsitektur ruang bakar di mesin miliki SF90 Stradele, dan menggunakan turbocharger IHI baru yang bekerja hingga 180.000 rpm.
Apabila hanya mengandalkan mesin bensinnya saja, performa 296 GTB sudah mencapai 654 daya kuda. Performa ini kemudian meningkat drastis setelah disematkan dinamo hingga 818 daya kuda dengan torsi 740 Nm.
Tenaga 164 daya kuda dari dinamo ini disediakan di roda belakang, secara keseluruhan membuat akselerasi 0-100 kilometer per jam (kpj) 296 GTB tembus di 2,9 detik. Capaian ini setara dengan F8 yang menggunakan mesin V8 3.900 cc.
Saat melaju di jalur datar, mobil ini akan menempuh kecepatan tertinggi lebih dari 205 mil/jam (330 km/jam). Sedikit lebih rendah daripada supercar V8 bertenaga konvensional.
Kawin silang mesin ICE dengan dinamo ini bukan hal pertama yang dilakukan oleh rival dari Lamborghini dan McLaren. Sebelumnya sudah ada LaFerrari dan juga SF90 Stradale di jajaran supercar Kuda Jingkrak.
Kini dengan kehadiran 296 GTB, para orang kaya mendapatkan alternatif lain selain McLaren Artura. Sama-sama supercar dengan mesin V6 3.000 cc Turbocharged hybrid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)
