Tokyo: Setelah gagalnya pembicaraan merger dengan Honda pada awal tahun ini, Nissan ternyata tidak sepenuhnya dibiarkan berjalan sendiri. Laporan dari harian Jepang Mainichi mengungkapkan pada Februari lalu, seorang eksekutif Toyota menghubungi pihak Nissan untuk menawarkan bantuan.
Meski belum jelas bentuk dukungan yang dimaksud. Baik Nissan maupun Toyota belum mengonfirmasi adanya pembicaraan resmi terkait kemitraan atau investasi.
Spekulasi pun muncul bahwa Toyota melihat kondisi sulit yang tengah dihadapi Nissan sebagai peluang bisnis strategis, seperti dikutip dari Carscoops.
Bukan tanpa alasan Toyota memang dikenal lihai dalam membangun pengaruh finansial secara bertahap di berbagai perusahaan otomotif lain.
Contoh paling nyata adalah akuisisi penuh Toyota terhadap Daihatsu yang dimulai dari kepemilikan saham 0,22% pada 1967, hingga akhirnya menjadi anak perusahaan penuh pada 2016. Selain itu, Toyota juga memiliki sekitar 20% saham Subaru, serta 5% saham di Suzuki dan Mazda.
Meski belum ada keputusan final, CEO Nissan Ivan Espinosa membuka peluang kerja sama.
“Ini adalah tinjauan terbuka yang sedang kami lakukan, dan kami mengevaluasi mitra potensial yang dapat memberikan nilai tambah bagi Nissan,” ujar Ivan.
Rencana tersebut meliputi pemangkasan 20.000 karyawan di seluruh dunia, pengurangan biaya rata-rata per jam tenaga kerja sebesar 20%, penyederhanaan komponen hingga 70%, serta pemangkasan jumlah platform yang digunakan. Nissan juga berencana menutup tujuh dari 17 fasilitas produksi globalnya sebagai bagian dari upaya efisiensi besar-besaran.
Tokyo: Setelah gagalnya pembicaraan merger dengan
Honda pada awal tahun ini,
Nissan ternyata tidak sepenuhnya dibiarkan berjalan sendiri. Laporan dari harian Jepang Mainichi mengungkapkan pada Februari lalu, seorang eksekutif Toyota menghubungi pihak Nissan untuk menawarkan bantuan.
Meski belum jelas bentuk dukungan yang dimaksud. Baik Nissan maupun Toyota belum mengonfirmasi adanya pembicaraan resmi terkait kemitraan atau investasi.
Spekulasi pun muncul bahwa Toyota melihat kondisi sulit yang tengah dihadapi Nissan sebagai peluang bisnis strategis, seperti dikutip dari Carscoops.
Bukan tanpa alasan Toyota memang dikenal lihai dalam membangun pengaruh finansial secara bertahap di berbagai perusahaan otomotif lain.
Contoh paling nyata adalah akuisisi penuh Toyota terhadap Daihatsu yang dimulai dari kepemilikan saham 0,22% pada 1967, hingga akhirnya menjadi anak perusahaan penuh pada 2016. Selain itu, Toyota juga memiliki sekitar 20% saham Subaru, serta 5% saham di Suzuki dan Mazda.
Meski belum ada keputusan final, CEO Nissan Ivan Espinosa membuka peluang kerja sama.
“Ini adalah tinjauan terbuka yang sedang kami lakukan, dan kami mengevaluasi mitra potensial yang dapat memberikan nilai tambah bagi Nissan,” ujar Ivan.
Rencana tersebut meliputi pemangkasan 20.000 karyawan di seluruh dunia, pengurangan biaya rata-rata per jam tenaga kerja sebesar 20%, penyederhanaan komponen hingga 70%, serta pemangkasan jumlah platform yang digunakan. Nissan juga berencana menutup tujuh dari 17 fasilitas produksi globalnya sebagai bagian dari upaya efisiensi besar-besaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)
