Shenzen: Produsen otomotif raksasa asal China, BYD, kembali menjadi sorotan publik di China setelah muncul dugaan praktik kerja lembur tanpa bayaran yang diberlakukan kepada para karyawannya.
Melalui unggahan para warganet yang mengaku sebagai karyawan internal, dan dituliskan Carnewschina, manajemen BYD di China disebut telah memberikan instruksi lisan. Tujuannya agar karyawan di departemen engineering, bekerja lembur setidaknya dua jam setiap hari.
Ini berlangsung hingga pukul 20.00 waktu setempat tanpa kompensasi tambahan. Jika diakumulasikan, praktik ini bisa mencapai 40 jam kerja lembur tak dibayar setiap bulan.
Keluhan Karyawan: Lembur, Gaji Tak Transparan, dan Pengawasan Ketat
Keluhan lainnya yang ikut mencuat di forum daring antara lain: waktu istirahat makan siang yang terbatas karena antrean makanan, pembatasan cuti ayah maksimal tujuh hari. Lalu kemudian ada juga pemotongan tunjangan kinerja karena keterlambatan satu menit.
Hal lainnya adalah pengawasan ketat terhadap penggunaan ponsel saat jam kerja. Lebih jauh lagi, kontrak kerja disebut hanya mencantumkan gaji pokok tanpa rincian bonus kinerja maupun pembagian keuntungan perusahaan.
Seorang karyawan dari 'Unit Bisnis Kedua Belas' menyebutkan gaji pokok mereka hanya sekitar 2.500 yuan (sekitar Rp5.700.000), dan tanpa lembur, gaji bulanan bisa turun menjadi 2.000 yuan (sekitar Rp4.500.000).
Mereka menambahkan untuk mencapai penghasilan layak sebesar 4.000–5.000 yuan, mereka harus bekerja lembur setiap hari. Netizen lain dari departemen engineering juga membenarkan waktu makan siang yang hanya satu jam, dengan lebih dari setengah waktunya habis untuk antre makanan.
Ia juga menyebut bahwa sistem absensi sangat ketat keterlambatan satu menit pun bisa berakibat pemotongan tunjangan, dan karyawan hanya diberi kesempatan satu kali 'make-up punch' dalam sebulan.
Shenzen: Produsen
otomotif raksasa asal China,
BYD, kembali menjadi sorotan publik di China setelah muncul dugaan praktik kerja lembur tanpa bayaran yang diberlakukan kepada para karyawannya.
Melalui unggahan para warganet yang mengaku sebagai karyawan internal, dan dituliskan Carnewschina, manajemen BYD di China disebut telah memberikan instruksi lisan. Tujuannya agar karyawan di departemen engineering, bekerja lembur setidaknya dua jam setiap hari.
Ini berlangsung hingga pukul 20.00 waktu setempat tanpa kompensasi tambahan. Jika diakumulasikan, praktik ini bisa mencapai 40 jam kerja lembur tak dibayar setiap bulan.
Keluhan Karyawan: Lembur, Gaji Tak Transparan, dan Pengawasan Ketat
Keluhan lainnya yang ikut mencuat di forum daring antara lain: waktu istirahat makan siang yang terbatas karena antrean makanan, pembatasan cuti ayah maksimal tujuh hari. Lalu kemudian ada juga pemotongan tunjangan kinerja karena keterlambatan satu menit.
Hal lainnya adalah pengawasan ketat terhadap penggunaan ponsel saat jam kerja. Lebih jauh lagi, kontrak kerja disebut hanya mencantumkan gaji pokok tanpa rincian bonus kinerja maupun pembagian keuntungan perusahaan.
Seorang karyawan dari 'Unit Bisnis Kedua Belas' menyebutkan gaji pokok mereka hanya sekitar 2.500 yuan (sekitar Rp5.700.000), dan tanpa lembur, gaji bulanan bisa turun menjadi 2.000 yuan (sekitar Rp4.500.000).
Mereka menambahkan untuk mencapai penghasilan layak sebesar 4.000–5.000 yuan, mereka harus bekerja lembur setiap hari. Netizen lain dari departemen engineering juga membenarkan waktu makan siang yang hanya satu jam, dengan lebih dari setengah waktunya habis untuk antre makanan.
Ia juga menyebut bahwa sistem absensi sangat ketat keterlambatan satu menit pun bisa berakibat pemotongan tunjangan, dan karyawan hanya diberi kesempatan satu kali 'make-up punch' dalam sebulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)