Jakarta: Pemerintah berencana untuk menghentikan penjualan kendaraan konvensional atau bermesin internal combustion engine (ICE) pada tahun 2050. Hal ini tentu mendapatkan tanggapan dari Toyota sebagai salah satu produsen mobil terbesar di Indonesia.
Director of Administration and External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, menjelaskan teknologi otomotif pun akan semakin maju dari waktu ke waktu dan mesin ICE bisa dibuat menjadi lebih ramah lingkungan. Sehingga yang perlu diingat adalah tujuan dari peraturan tersebut adalah nol emisi.
"Yang penting kan sebenarnya emisinya yang harus nol. Teknologi setiap waktu bisa berkembang. Sekarang (mesin) ICE juga sudah mulai di-exercise, bisa menggunakan teknologi hidrogen yang bisa mengurangi emisi. Ini jangan sampai kita salah persepsi, yang paling penting emisinya yang harus nol," kata Bob melalui jumpa pers beberapa waktu lalu.
Bob juga akan melihat bagaimana realisasinya, sehingga perusahaannya bisa melakukan perencanaan. Mengingat setiap tahun pun akan ada perencanaan yang harus dilakukan untuk disesuaikan.
"Menurut saya 2050 itu suatu keniscayaan bahwa kita berupaya merealisasikan zero carbon, yang penting kalau memang sudah diterapkan (tahun) 2050, bagaimana kita melakukan backcasting (perencanaan kembali)."
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menghadirkan peta jalan pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Di sebutkan Di tahun 2040, bauran EBT sudah mencapai 71 persen dan tidak ada PLT Diesel yang beroperasi, Lampu LED 70 persen, tidak ada penjualan motor konvensional, dan konsumsi listrik mencapai 2.847 kWh/kapita. Selanjutnya di tahun 2050, bauran EBT diharapkan sudah mencapai 87 persen di 2050 dibarengi dengan tidak melakukan penjualan mobil konvensional dan konsumsi listrik 4.299 kWh/kapita.
Terakhir, pada 2060 bauran EBT telah mencapai 100 persen yang didominasi PLTS dan Hydro serta dibarengi dengan penyaluran jaringan gas sebanyak 23 juta sambungan rumah tangga, kompor listrik 52 juta rumah tangga, penggunaan kendaraan listrik, dan konsumsi listrik menyentuh angka 5.308 kWh/kapita.
Jakarta: Pemerintah berencana untuk menghentikan penjualan kendaraan konvensional atau bermesin internal combustion engine (ICE) pada tahun 2050. Hal ini tentu mendapatkan tanggapan dari Toyota sebagai salah satu produsen mobil terbesar di Indonesia.
Director of Administration and External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, menjelaskan teknologi otomotif pun akan semakin maju dari waktu ke waktu dan mesin ICE bisa dibuat menjadi lebih ramah lingkungan. Sehingga yang perlu diingat adalah tujuan dari peraturan tersebut adalah nol emisi.
"Yang penting kan sebenarnya emisinya yang harus nol. Teknologi setiap waktu bisa berkembang. Sekarang (mesin) ICE juga sudah mulai di-exercise, bisa menggunakan teknologi hidrogen yang bisa mengurangi emisi. Ini jangan sampai kita salah persepsi, yang paling penting emisinya yang harus nol," kata Bob melalui jumpa pers beberapa waktu lalu.
Bob juga akan melihat bagaimana realisasinya, sehingga perusahaannya bisa melakukan perencanaan. Mengingat setiap tahun pun akan ada perencanaan yang harus dilakukan untuk disesuaikan.
"Menurut saya 2050 itu suatu keniscayaan bahwa kita berupaya merealisasikan zero carbon, yang penting kalau memang sudah diterapkan (tahun) 2050, bagaimana kita melakukan backcasting (perencanaan kembali)."
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menghadirkan peta jalan pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Di sebutkan Di tahun 2040, bauran EBT sudah mencapai 71 persen dan tidak ada PLT Diesel yang beroperasi, Lampu LED 70 persen, tidak ada penjualan motor konvensional, dan konsumsi listrik mencapai 2.847 kWh/kapita. Selanjutnya di tahun 2050, bauran EBT diharapkan sudah mencapai 87 persen di 2050 dibarengi dengan tidak melakukan penjualan mobil konvensional dan konsumsi listrik 4.299 kWh/kapita.
Terakhir, pada 2060 bauran EBT telah mencapai 100 persen yang didominasi PLTS dan Hydro serta dibarengi dengan penyaluran jaringan gas sebanyak 23 juta sambungan rumah tangga, kompor listrik 52 juta rumah tangga, penggunaan kendaraan listrik, dan konsumsi listrik menyentuh angka 5.308 kWh/kapita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)