Jakarta: Tren mobil listrik membuat produsen otomotif di dunia menargetkan untuk memproduksi mobil ramah lingkungan yang dapat diterima banyak konsumen. Sejumlah mobil listrik dengan teknologi hybrid, plug-in hybrid dan electric vehicle (EV) pun diperkenalkan ke konsumen tanah air.
Maka tak heran jika mobil ramah lingkungan dengan tenaga listrik menjadi tren baru yang menarik dan banyak dibahas, mulai dari sensasi yang ditawarkan, pengalaman berkendara hingga anggapan orang tentang performa mobil listrik yang tidak lebih baik dibanding mobil konvensional.
Menarik, untuk membuktikan hal tersebut, medcom.id mendapat kesempatan menjajal mobil listrik murni asal Korea Selatan, yaitu Hyundai Ioniq EV. Tak butuh waktu lama, first impression menyetir Ioniq EV ternyata tak jauh berbeda dengan mobil konvensional.
Perbedaan yang sangat mendasar adalah mobil ini sangat senyap, di mana mesinnya hanya menghasilkan suara berdengung saja lantaran hanya menggunakan tenaga listrik, berarti pengurangan signifikan jumlah bagian bergerak yang menjadi sumber utama kebisingan dan getaran mekanis.
Sensasi Torsi Besar
Bicara soal performa, sebagai pengendara yang melakukan pengetesan di tol dan jalan dalam kota Jakarta, saya rasakan lebih dari cukup untuk membuat terpesona. Terutama soal akselerasi awal dari titik diam hingga kecepatan 100 km per jam, yang bisa ditempuh dalam 10.2 detik untuk mode normal dan 9.9 detik untuk mode sport
Gaya hentak atau gravitasi motor listrik berpenggerak 2WD, seakan membuat tubuh melekat erat ke sandaran jok mobil. Usut punya usut, di bawah kap dibenamkan motor listrik 100 kW IONIQ dengan permanent-magnet synchronous motor yang menghasilkan daya murni 100 kW (120 ps) dan torsi maksimal sebesar 30.1 kg m (295 Nm), disalurkan sepenuhnya secara instan saat Anda menginjak pedal gas.
Kenyamanan dan Keamanan
Untuk sektor kaki-kaki, fakta saat pengetesan di jalan rusak dan bergelombang suspensi Ioniq EV sama sekali tak bisa dibilang keras dan mampu meredam guncangan, bantingannya pun cukup nyaman. Kekedapan kabinnya cukup baik dan tak ada suara putaran ban atau angin yang terdengar sampai ke dalam kabin ketika mobil melaju.
Fitur 8-inch display audio sebagai pusat kendali di kabin yang menawarkan koneksi total smartphone melalui layar sentuh dan mudah digunakan melengkapi kenyamanan berkendara. Termasuk IONIQ electric gear shift button drive-by-wire yang bertugas meniadakan sambungan mekanis, untuk memindahkan gigi hanya dengan mengklik tombol yang juga merangkap sistem keamanan gigi, dan paddle shifters atau kontrol rem regeneratif, serta rem parkir sistem tekan-tombol.
Tak berlebihan rasanya jika Ioniq EV yang dibanderol di kisaran harga Rp 600 jutaan itu layak diperhitungkan dengan para pesaingnya yang juga sudah mulai memasarkan mobil listrik dengan berbagai teknologi, seperti Mitsubishi Outlander PHEV, BMW i3, sampai Nissan Kicks e-Power yang belum lama ini meluncur.
Jakarta: Tren mobil listrik membuat produsen otomotif di dunia menargetkan untuk memproduksi mobil ramah lingkungan yang dapat diterima banyak konsumen. Sejumlah mobil listrik dengan teknologi hybrid, plug-in hybrid dan electric vehicle (EV) pun diperkenalkan ke konsumen tanah air.
Maka tak heran jika mobil ramah lingkungan dengan tenaga listrik menjadi tren baru yang menarik dan banyak dibahas, mulai dari sensasi yang ditawarkan, pengalaman berkendara hingga anggapan orang tentang performa mobil listrik yang tidak lebih baik dibanding mobil konvensional.
.jpeg)
Menarik, untuk membuktikan hal tersebut, medcom.id mendapat kesempatan menjajal mobil listrik murni asal Korea Selatan, yaitu Hyundai Ioniq EV. Tak butuh waktu lama, first impression menyetir Ioniq EV ternyata tak jauh berbeda dengan mobil konvensional.
Perbedaan yang sangat mendasar adalah mobil ini sangat senyap, di mana mesinnya hanya menghasilkan suara berdengung saja lantaran hanya menggunakan tenaga listrik, berarti pengurangan signifikan jumlah bagian bergerak yang menjadi sumber utama kebisingan dan getaran mekanis.
Halaman Selanjutnya