Jakarta: Pemerintah masih menggodok mengenai rencana sistem pembayaran tol tanpa sentuh alias tanpa tap yang populer dengan nama MLFF (Multi Lane Free Flow). Sistem ini dipersiapkan siap digunakan pada tahun 2022 dan berfungsi secara penuh pada tahun 2023.
Kepala Badan Pengusaha Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit, menyebutkan implementasi MLFF ini akan dilakukan secara bertahap mulai September 2022, dan berfungsi penuh pada tahun 2023. Menurutnya penggunaan sistem pembayaran tol tanpa sentuh ini akan menghemat waktu dan memiliki banyak keuntungan bagi semua pihak.
"MLFF ini memiliki banyak manfaat diantaranya dapat menghilangkan kemacetan di gerbang tol dikarenakan tidak adanya antrian kendaraan saat melakukan transaksi pembayaran, mengurangi polusi dan emisi karbon, mendukung digitalisasi pembayaran dengan membuka seluruh opsi pembayaran yang dapat dipantau secara realtime, hingga efisiensi biaya operasional tol dengan jaminan penerimaan 100 persen pendapatan tol. Sistem tersebut dapat menghemat waktu 30 detik hingga 5 menit yang biasanya digunakan untuk bertransaksi di gerbang tol dan mengurangi emisi hingga 35 persen,” ungkap Danang Parikesit Rabu (8/9/2021).
Pemanfaatan teknologi MLFF ini melibatkan sejumlah pihak terkait, dan salah satunya adalah PT Roatex Indonesia Toll System (RITS). Mereka akan segera meluncurkan aplikasi yang menggunakan teknologi MLFF berbasis Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk pengendara terkait implementasi transaksi tol non tunai tanpa sentuh.
Project Manager Supply Chain and Business Relation PT RITS, Emil Iskandar, menjelaskan proses transaksi tanpa sentuh ini dilakukan melalui aplikasi khusus. Teknologi ini memanfaatkan konektivitas ponsel pintar dan satelit, dan palang tidak lagi dibutuhkan.
"Pengguna dapat masuk keluar jalan tol tanpa hambatan dan tarif tol nantinya akan terpotong otomatis dari saldo pengguna melalui aplikasi yang berfungsi sebagai On Board Unit (OBU) elektronik atau e-OBU saat melewati sensor pada akses masuk tol. Selanjutnya, penerapan MLFF akan menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk mengenali dan menentukan posisi kendaraan yang masuk ke jalan tol," ungkap Emil.
Masyarakat juga dinilai tidak perlu takut dengan kehadiran sistem baru dalam dunia pembayaran jalan tol apabila sudah diaplikasikan. Mengingat sistem seperti ini sudah digunakan juga di sejumlah negara lainnya meski dengan menggunakan teknologi yang berbeda.
"Di luar negeri saat ini, sudah banyak juga yang menggunakan sistem nirsentuh dan nirhenti meski dengan jenis teknologi yang berbeda, jadi Indonesia tidak perlu takut menerapkan kemajuan teknologi ini. Salah satu kendala yang bisa diantisipasi adalah kemungkinan adanya pelanggaran sistem yang bisa jadi tingkat pelanggarannya akan lebih tinggi di Indonesia. Salah satu solusi yang kami usulkan, misalnya adalah, dibuatkan pos penegakan yang diawasi oleh operator, sehingga bisa saling mengecek mengenai jumlah pengguna jalan tol dan transaksi yang terjadi,” ungkap perwakilan Intelligent Transport System Indonesia, Resdiansyah.
"Pengguna dapat masuk keluar jalan tol tanpa hambatan dan tarif tol nantinya akan terpotong otomatis dari saldo pengguna melalui aplikasi yang berfungsi sebagai On Board Unit (OBU) elektronik atau e-OBU saat melewati sensor pada akses masuk tol. Selanjutnya, penerapan MLFF akan menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk mengenali dan menentukan posisi kendaraan yang masuk ke jalan tol," ungkap Emil.
Masyarakat juga dinilai tidak perlu takut dengan kehadiran sistem baru dalam dunia pembayaran jalan tol apabila sudah diaplikasikan. Mengingat sistem seperti ini sudah digunakan juga di sejumlah negara lainnya meski dengan menggunakan teknologi yang berbeda.
"Di luar negeri saat ini, sudah banyak juga yang menggunakan sistem nirsentuh dan nirhenti meski dengan jenis teknologi yang berbeda, jadi Indonesia tidak perlu takut menerapkan kemajuan teknologi ini. Salah satu kendala yang bisa diantisipasi adalah kemungkinan adanya pelanggaran sistem yang bisa jadi tingkat pelanggarannya akan lebih tinggi di Indonesia. Salah satu solusi yang kami usulkan, misalnya adalah, dibuatkan pos penegakan yang diawasi oleh operator, sehingga bisa saling mengecek mengenai jumlah pengguna jalan tol dan transaksi yang terjadi,” ungkap perwakilan Intelligent Transport System Indonesia, Resdiansyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)