Jakarta: Pasar otomotif di Indonesia, khususnya kendaraan penumpang, semakin banyak dijejali oleh mobil listrik dengan berbagai teknologi. Meski demikian, harga yang ditawarkan oleh sejumlah pabrikan otomotif dinilai masih berada di atas keinginan serta daya beli masyarakat.
Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing, Indra Chandra Setiawan, menyebutkan Toyota dan Deloitte sudah melakukan riset mengenai kebiasaan serta daya beli masyarakat akan mobil listrik. Sayangnya, harga yang ditawarkan oleh mobil listrik sekarang ini masih terlalu tinggi bagi konsumen.
Berdasarkan hasil riset, baru ada 13 persen koresponden yang rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli mobil listrik. Sedangkan 61 persen koresponden atau mayoritas inginkan harga mobil listrik sama dengan mobil konvensional.
Lalu, 23 persen responden menjawab hanya mau menerima mobil listrik kalau lebih rendah dari rata-rata harga mobil sekarang. Terakhir, 3 persen koresponden sisanya merasa tak masalah dengan harga tinggi untuk mobil listrik.
“Ini tantangan untuk industri, bagaimana bisa mereduksi tantangan ini supaya acceptance level (tingkat penerimaannya) tercapai,” jelas Indra dalam webinar 100 Years of Indonesia Automotive Industry: Realizing Indonesia Net-Zero Emission.
Presiden Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono, juga membeberkan perusahaan juga sudah memiliki rencana mengenai elektrifikasi di Tanah Air. Mereka akan hadir dengan pendekatan multi-pathway.
"Kami bertekad untuk menyediakan teknologi elektrifikasi dengan varian yang lengkap melalui pendekatan multi-pathway mulai dari flexy-engine, FCEV, BEV, PHEV, HEV, hidrogen, biofuel, hingga LCGC," ungkap Warih di kesempatan yang sama.
Selain itu, menekan karbon emisi juga dilakukan dengan mengeliminasi/meminimalisir dampak lingkungan yang dihasilkan oleh keseluruhan mata rantai kegiatan bisnis perusahaan. Menurutnya, mencapai target netralitas karbon harus mendapatkan dukungan dan kerja sama dari semua pihak.
"Dalam pencapaian Net Zero Emission, musuh bersama kita adalah emisi karbon. Mari kita wujudkan agar semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk turut berkontribusi menurunkan emisi karbon. No one left behind!"
Jakarta: Pasar otomotif di Indonesia, khususnya kendaraan penumpang, semakin banyak dijejali oleh mobil listrik dengan berbagai teknologi. Meski demikian, harga yang ditawarkan oleh sejumlah pabrikan otomotif dinilai masih berada di atas keinginan serta daya beli masyarakat.
Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing, Indra Chandra Setiawan, menyebutkan Toyota dan Deloitte sudah melakukan riset mengenai kebiasaan serta daya beli masyarakat akan mobil listrik. Sayangnya, harga yang ditawarkan oleh mobil listrik sekarang ini masih terlalu tinggi bagi konsumen.
Berdasarkan hasil riset, baru ada 13 persen koresponden yang rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli mobil listrik. Sedangkan 61 persen koresponden atau mayoritas inginkan harga mobil listrik sama dengan mobil konvensional.
Lalu, 23 persen responden menjawab hanya mau menerima mobil listrik kalau lebih rendah dari rata-rata harga mobil sekarang. Terakhir, 3 persen koresponden sisanya merasa tak masalah dengan harga tinggi untuk mobil listrik.
“Ini tantangan untuk industri, bagaimana bisa mereduksi tantangan ini supaya acceptance level (tingkat penerimaannya) tercapai,” jelas Indra dalam webinar 100 Years of Indonesia Automotive Industry: Realizing Indonesia Net-Zero Emission.
Presiden Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono, juga membeberkan perusahaan juga sudah memiliki rencana mengenai elektrifikasi di Tanah Air. Mereka akan hadir dengan pendekatan multi-pathway.
"Kami bertekad untuk menyediakan teknologi elektrifikasi dengan varian yang lengkap melalui pendekatan multi-pathway mulai dari flexy-engine, FCEV, BEV, PHEV, HEV, hidrogen, biofuel, hingga LCGC," ungkap Warih di kesempatan yang sama.
Selain itu, menekan karbon emisi juga dilakukan dengan mengeliminasi/meminimalisir dampak lingkungan yang dihasilkan oleh keseluruhan mata rantai kegiatan bisnis perusahaan. Menurutnya, mencapai target netralitas karbon harus mendapatkan dukungan dan kerja sama dari semua pihak.
"Dalam pencapaian Net Zero Emission, musuh bersama kita adalah emisi karbon. Mari kita wujudkan agar semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk turut berkontribusi menurunkan emisi karbon. No one left behind!"
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)