Jakarta - Tahun ini ajang bergengsi Shell Eco-marathon kembali digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bahkan dengan skala yang lebih besar, yaitu Shell Eco-marathon Asia-Pacific and Middle East 2023. Dengan dua kategori, Prototype dan UrbanConcept. Pada kegiatan tahun ini total peserta ada 76 tim dari 13 negara. Untuk tahun ini Indonesia kembali mengirimkan sekitar 47 tim, dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Tanah Air.
Jadi bila melihat dari keikutsertaan, jumlah peserta yang mewakili Indonesia lebih dari 50 persen, dari total seluruh tim yang terlibat di Shell Eco-marathon 2023. Semua berkompetisi dalam mengembangkan inovasi dan ide-ide cemerlang di dalam kegiatan yang berlangsung sekitar lima hari tersebut. Berlomba dalam menguji mobil hemat energi rancangan masing-masing, di salah satu sirkuit yang menjadi kebanggaan Indonesia ini.
Sebagai informasi, tahun lalu jarak tempuh terbaik pada kegiatan ini diraih oleh Tim Nakoela dari Universitas Indonesia, pada kategori Prototype. Kendaraan yang mereka buat berhasil menempuh jarak 905,2 kilometer per liter (km/l), kalau dihitung setara dengan jarak berkendara dari Lombok ke Semarang, Jawa Tengah.
Kemudian pemenang lainnya adalah Semar Proto UGM dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan hasil 586,9 kilometer per kilowatt hour (km/kWh), pada kategori baterai listrik. Prestasi selanjutnya diraih Apatte Elang Perkasa Tim 2 dari Universitas Brawijaya, dengan hasil 361,2 kilometer per meter kubik (km/m3), dalam kategori kendaraan menggunakan sel bahan bakar hidrogen.
Baca Juga:
Cara Toyota Kenalkan Isu Mobilitas Ramah Lingkungan Kepada Anak
Untuk UrbanConcept, rekor jarak tempuh terbaik untuk kategori mesin pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine (ICE) adalah 544,2 km/l. Kembali dicapai oleh tim Indonesia, yakni Garuda UNY Eco Team, dari Universitas Negeri Yogyakarta. Pemenang lainnya antara lain tim Arjuna dari Universitas Indonesia, dengan hasil 194,2 km/kWh di kategori baterai listrik, dan TP Eco Flash dari Temasek Polytechnic Singapura, dengan hasil 137 km/m3 di kategori bahan bakar hidrogen.
General Manager dari tim Semar Proto UGM, pemenang kategori Prototype dengan sumber energi baterai elektrik dan juara kedua dalam kategori UrbanConcept berbahan bakar ICE, Adzim Mardiansjah saat itu mengatakan, memenangkan kompetisi Shell Eco-marathon merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan, menantang, dan istimewa buat mereka. “Kami bekerja paling tidak lima jam sehari, selama enam hari per minggu, dalam waktu setahun ke belakang untuk mempersiapkan kompetisi ini,” ungkapnya.
Beruntung, semua hasil kerja keras mereka tidaklah sia-sia. Adzim pun mengaku dia dan tim begitu senang, serta berharap pada Shell Eco-marathon selanjutnya, yaitu tahun 2023 ini bisa mencapai target yang jauh lebih tinggi. Sebagai gambaran, kompetisi off-track pada saat Shell Eco-marathon tahun lalu, memberi penghargaan bagi lima kategori.
Antara lain kategori keselamatan perjalanan, desain kendaraan untuk Prototype dan UrbanConcept, inovasi teknis, keselamatan dan penghargaan kategori Spirit of the Event. Para pemenang merupakan tim-tim dari Singapura, Filipina, India dan Indonesia. Akankah Indonesia akan mengantongi banyak gelar juara lagi pada Shell Eco-marathon tahun ini. Kita lihat saja nanti.
Baca Juga:
Pemprov Jabar Kasih Pemutihan Pajak Kendaraan Sampai Agustus 2023
Tantangan di Level Universitas di Seluruh Dunia
Shell Eco-marathon dikatakan tidak hanya memberikan kesempatan bagi generasi muda, untuk menunjukkan bakat mereka di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Lebih dari itu, juga menantang mereka, terutama di tingkat universitas di seluruh dunia. Ditantang untuk merancang dan mengembangkan kendaraan ultra hemat energi, demi mewujudkan impian bersama, mobilitas masa depan yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
Global General Manager Shell Eco-marathon, Norman Koch mengatakan, para mahasiswa ini telah bekerja tanpa lelah untuk mengembangkan solusi energi yang berkelanjutan dan lebih bersih, sebagai upaya mengatasi tantangan energi yang dihadapi saat ini.
“Sangat menyenangkan melihat para mahasiswa mengikuti Shell Eco-marathon, untuk mendorong batas-batas dalam hal keterampilan desain, teknologi, dan keahlian teknis. Baik di dalam maupun di luar lintasan, berusaha meraih satu tujuan, mencapai garis finish,” pungkasnya.(Autogear.id/Alun Segoro)
Jakarta - Tahun ini ajang bergengsi Shell Eco-marathon kembali digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bahkan dengan skala yang lebih besar, yaitu Shell Eco-marathon Asia-Pacific and Middle East 2023. Dengan dua kategori, Prototype dan UrbanConcept. Pada kegiatan tahun ini total peserta ada 76 tim dari 13 negara. Untuk tahun ini Indonesia kembali mengirimkan sekitar 47 tim, dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Tanah Air.
Jadi bila melihat dari keikutsertaan, jumlah peserta yang mewakili Indonesia lebih dari 50 persen, dari total seluruh tim yang terlibat di Shell Eco-marathon 2023. Semua berkompetisi dalam mengembangkan inovasi dan ide-ide cemerlang di dalam kegiatan yang berlangsung sekitar lima hari tersebut. Berlomba dalam menguji mobil hemat energi rancangan masing-masing, di salah satu sirkuit yang menjadi kebanggaan Indonesia ini.
Sebagai informasi, tahun lalu jarak tempuh terbaik pada kegiatan ini diraih oleh Tim Nakoela dari Universitas Indonesia, pada kategori Prototype. Kendaraan yang mereka buat berhasil menempuh jarak 905,2 kilometer per liter (km/l), kalau dihitung setara dengan jarak berkendara dari Lombok ke Semarang, Jawa Tengah.
Kemudian pemenang lainnya adalah Semar Proto UGM dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan hasil 586,9 kilometer per kilowatt hour (km/kWh), pada kategori baterai listrik. Prestasi selanjutnya diraih Apatte Elang Perkasa Tim 2 dari Universitas Brawijaya, dengan hasil 361,2 kilometer per meter kubik (km/m3), dalam kategori kendaraan menggunakan sel bahan bakar hidrogen.
Baca Juga:
Cara Toyota Kenalkan Isu Mobilitas Ramah Lingkungan Kepada Anak
Untuk UrbanConcept, rekor jarak tempuh terbaik untuk kategori mesin pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine (ICE) adalah 544,2 km/l. Kembali dicapai oleh tim Indonesia, yakni Garuda UNY Eco Team, dari Universitas Negeri Yogyakarta. Pemenang lainnya antara lain tim Arjuna dari Universitas Indonesia, dengan hasil 194,2 km/kWh di kategori baterai listrik, dan TP Eco Flash dari Temasek Polytechnic Singapura, dengan hasil 137 km/m3 di kategori bahan bakar hidrogen.
General Manager dari tim Semar Proto UGM, pemenang kategori Prototype dengan sumber energi baterai elektrik dan juara kedua dalam kategori UrbanConcept berbahan bakar ICE, Adzim Mardiansjah saat itu mengatakan, memenangkan kompetisi Shell Eco-marathon merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan, menantang, dan istimewa buat mereka. “Kami bekerja paling tidak lima jam sehari, selama enam hari per minggu, dalam waktu setahun ke belakang untuk mempersiapkan kompetisi ini,” ungkapnya.
Beruntung, semua hasil kerja keras mereka tidaklah sia-sia. Adzim pun mengaku dia dan tim begitu senang, serta berharap pada Shell Eco-marathon selanjutnya, yaitu tahun 2023 ini bisa mencapai target yang jauh lebih tinggi. Sebagai gambaran, kompetisi off-track pada saat Shell Eco-marathon tahun lalu, memberi penghargaan bagi lima kategori.
Antara lain kategori keselamatan perjalanan, desain kendaraan untuk Prototype dan UrbanConcept, inovasi teknis, keselamatan dan penghargaan kategori Spirit of the Event. Para pemenang merupakan tim-tim dari Singapura, Filipina, India dan Indonesia. Akankah Indonesia akan mengantongi banyak gelar juara lagi pada Shell Eco-marathon tahun ini. Kita lihat saja nanti.
Baca Juga:
Pemprov Jabar Kasih Pemutihan Pajak Kendaraan Sampai Agustus 2023
Tantangan di Level Universitas di Seluruh Dunia
Shell Eco-marathon dikatakan tidak hanya memberikan kesempatan bagi generasi muda, untuk menunjukkan bakat mereka di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Lebih dari itu, juga menantang mereka, terutama di tingkat universitas di seluruh dunia. Ditantang untuk merancang dan mengembangkan kendaraan ultra hemat energi, demi mewujudkan impian bersama, mobilitas masa depan yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
Global General Manager Shell Eco-marathon, Norman Koch mengatakan, para mahasiswa ini telah bekerja tanpa lelah untuk mengembangkan solusi energi yang berkelanjutan dan lebih bersih, sebagai upaya mengatasi tantangan energi yang dihadapi saat ini.
“Sangat menyenangkan melihat para mahasiswa mengikuti Shell Eco-marathon, untuk mendorong batas-batas dalam hal keterampilan desain, teknologi, dan keahlian teknis. Baik di dalam maupun di luar lintasan, berusaha meraih satu tujuan, mencapai garis finish,” pungkasnya.
(Autogear.id/Alun Segoro) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)