Untuk mencapai emisi karbon nol, diperlukan proses ramah linkgungan dari hulu ke hilir, seperti produksi nikel sebagai bahan bakau baterai kendaraan listrik. LG Chem
Untuk mencapai emisi karbon nol, diperlukan proses ramah linkgungan dari hulu ke hilir, seperti produksi nikel sebagai bahan bakau baterai kendaraan listrik. LG Chem

Tak Hanya Kendaraan, Produksi Baterai pun Ditargetkan Bebas Emisi

Ahmad Garuda • 29 September 2023 09:38
Jakarta - Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa penggunaan kendaraan listrik tidak menjamin emisi gas buang yang terlepas ke udara, benar-benar nol jika dirunut dari hulu ke hilir. Lantaran sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih ditenagai oleh hasil pembakaran dari bahan baku batu bara. Belum lagi penggunaan dan pengolahan baterai dari nikel.
 
Hal ini yang membuat Nickel Industries (NIC) menggenjot produk nikel yang ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit karbon. Salah satu caranya adalah berkolaborasi dengan PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), perusahaan energi terbarukan yang berfokus pada pengembangan energi surya.
 
Sustainability Manager NIC, Muchtazar mengatakan, bahwa mereka bakal menggandeng SESNA untuk mengurangi jejak karbon sekaligus memproduksi nikel yang bersih dan berkelanjutan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dianggap sebagai langkah konkrit untuk mengurangi emisi karbon. "Ini salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengurangi jejak karbon Kami, di antaranya melalui kolaborasi dengan SESNA dan mengefisienkan penggunaan energi," ujar Muchtazar dikutip dari  Antara di Jakarta pada Selasa (26/9/2023).

Muchtazar menjelaskan, kawasan tambang dan pengolahan nikel yang berada di Morowali, Sulawesi Tengah memiliki potensi energi surya yang besar sehingga sangat memungkinkan untuk operasional produksi nikel. Kerja sama dengan SESNA dinilai sebagai kolaborasi yang sangat strategis. Berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah potensi energi terbarukan seperti hidropower, angin dan matahari, PLTS memiliki potensi besar dalam memproduksi nikel.
 
Baca Juga:
Moto Guzzi V100 Mandello Aviazione Navale Hadir Terbatas di Indonesia

 
"Kolaborasi dengan SESNA ini sangat menyenangkan lantara provider untuk tenaga surya yang berasal dari Indonesia sendiri. Jadi, kami ingin memprioritaskan untuk partner-partner lokal karena kami ingin keberadaan perusahaan bisa berkontribusi positif untuk perkembangan Indonesia."
 
Melalui anak usahanya PT Hengjaya Mineralindo, mulai memanfaatkan PLTS hibrida dengan kapasitas awal 395 kilowatt peak (kWp) untuk melihat keunggulan dari penggunaan sumber energi surya. Penggunaan PLTS yang dikembangkan oleh SESNA tersebut ditujukan guna mendukung operasional tambang dan mess karyawan. 
 
Lantaran haslnya sangat baik, NIC melanjutkan pengembangan kapasitas yang lebih besar yakni 200 megawatt peak (MWp) untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi aktivitas pengolahan atau smelter nikel yang berada di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park. "Sejauh ini kami sangat puas dengan kolaborasi ini, dan ingin segera meningkatkan kapasitas energi yang dihasilkan dari tenaga surya ini, baik untuk di tambang dan smelter kami ke depannya."
 
Pemanfaatan PLTS sejalan dengan program keberlanjutan yang dijalankan oleh Nickel Industries, khususnya pada pilar lingkungan. Di mana pihak NIC berusaha untuk menghasilkan nikel yang ramah lingkungan atau rendah jejak karbon. Saat ini nikel disebut sebagai salah satu bahan baku produk baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Oleh karena itu, diharapkan penggunaan PLTS dapat menghasilkan nikel yang diproses secara berkelanjutan.
 
Baca Juga:
Tetap Waspada Peraturan Ganjil Genap di Momen Pulang Kerja

 
Muchtazar juga menampik bahwa operasional yang dikeluarkan untuk penggunaan EBT cukup mahal. Menurutnya, PLTS justru bisa lebih menghemat biaya. "Kerja sama dengan SESNA, energi terbarukan ini bisa diperoleh dengan biaya yang sama atau bahkan lebih murah dari yang konventional. Jadi sebetulnya dengan menerapkan EBT ini kita bisa berhemat juga dalam jangka panjang."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan