Operasional Taksi Listrik 30% lebih Efisien Dibandingkan Taksi Biasa

Jakarta: Indonesia kedepannya menjadi pasar yang kian menggiurkan bagi perkembangan kendaraan listrik. Apalagi Pemerintah Indonesia mencanangkan program optimalisasi pemanfaatan kendaraan listrik pada 2030.   Agen pemegang merek (APM) kendaraan terlihat semakin berlomba, menghadirkan berbagai model kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terbaru. Sebut saja nama-nama seperti Hyundai, DFSK, Wuling dan lainnya. Bahkan teranyar, Wuling Motors memperkenalkan mobil listrik kapasitas 5 penumpang mereka yang sudah bisa di pre-book yakni Air EV.    Namun kiranya bukan hanya APM kendaraan yang memanfaatkan euforia pertumbuhan EV ini. Pelaku dan penyedia jasa transportasi, Bluebird, juga ikut merambah hal ini. Menyediakan mobil listrik, demi memperkuat armadanya untuk melayani konsumen. Boleh jadi, Bluebird sebagai katalis dalam penerapan armada listrik untuk layanan taksi.   Diawali dengan peluncuran BYD E6 A/T dan Tesla Model X 75D sejak tahun 2019 untuk operasional di Jakarta, yang juga diperluas ke pool-pool Bluebird lainnya di daerah. Walaupun jumlahnya belum bisa dibilang signifikan.   “Jumlah armada taksi yang kami miliki lebih dari 24 ribu unit. Sementara untuk mobil listrik kami miliki 60 unit, dengan pembagian 30 unit taksi dan 30 unit rental. Hal ini merupakan komitmen jangka panjang kami, guna mendukung perbaikan kualitas lingkungan, khususnya udara. Sejalan program yang dicanangkan pemerintah hingga 2030 mendatang,” papar Wakil Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Andre Djokosoetono, dalam media gathering di kantor pusat mereka, Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan, Rabu (13/7/2022).     Andre menambahkan, sampai saat ini totalnya ada empat model mobil listrik Bluebird, yaitu Tesla X 75D untuk e-Silverbird, BYD E6 dan BYD T3 untuk e-Bluebird, serta Hyundai Ioniq dan Kona untuk kendaraan sewa jangka panjang Goldenbird.   Mengenai pemilihan mobil listrik untuk memperkuat armadanya, dibandingkan kendaraan hybrid, Vice President Teknik PT Blue Bird Tbk., Bintarti A Yulianto, mengatakan kehadiran mobil listrik sebagai kendaraan taksi sudah terbukti dan teruji di banyak negara.   “Kami tentunya sangat mempertimbangkan hal tersebut. Selain itu, dengan menghadirkan armada mobil listrik, operational cost kami sejauh ini mengalami penghematan sekitar 30 persen dibandingkan armada reguler,” terangnya.   Memang, diakuinya untuk investasi awal kendaraan listrik itu jauh lebih besar, bahkan melebihi investasi pada kendaraan hybrid. Tetapi sejalan dengan waktu, hal tersebut kiranya akan terus menyesuaikan.   “Ketika kami mengimpor kendaraan listrik seperti BYD dari negara asalnya, kami juga mengirim teknisi ke sana. Untuk kemudian mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat dalam operasional di sini. Tentunya hal tersebut membantu menekan biaya juga,” ujarnya.     Bintarti kembali menambahkan, sebenarnya sejauh ini boleh dibilang pemanfaatan mobil listrik sebagai armada taksi Bluebird lebih free maintenance, bebas perawatan. “Kalau bicara komponen elektrifikasinya ya cenderung bebas perawatan. Kecuali kalau kena bodi mobilnya, mungkin baru ada perawatan,” sergahnya.   Mengomentari seberapa besar investasi awal Bluebird dalam mendatangkan mobil listrik sebagai armadanya. Dalam paparannya Andre sempat bilang, tahun ini bakal mendatangkan lagi 50 unit BYD T3 untuk perusahaannya. Dengan penempatan 25 unit di Jakarta dan 25 unit di Pulau Bali, sekaligus bentuk dukungan KTT G20.   “Harga satu unit BYD T3 itu sekitar Rp650 juta. Kami impor sebanyak 50 unit. Mungkin bisa dikalikan saja, kira-kira itu besarannya,” ucapnya sambil tertawa.(Autogear.id/Alun Segoro)