Berlin: Porsche memastikan tidak memiliki rencana untuk memindahkan proses produksi kendaraannya ke Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini disampaikan juru bicara perusahaan pada Jumat (6/6).
Ini sekaligus membantah laporan Bloomberg yang menyebutkan produsen mobil mewah asal Jerman tersebut sedang mempertimbangkan langkah tersebut guna mengurangi dampak tarif perdagangan.
Bloomberg, mengutip sumber anonim, melaporkan CEO Porsche Oliver Blume—yang juga memimpin Grup Volkswagen tengah mempertimbangkan untuk memindahkan tahap akhir perakitan model, seperti pemasangan komponen interior dan ban, ke AS. Namun, pernyataan resmi Porsche membantah adanya rencana semacam itu.
"Porsche tidak memiliki rencana seperti itu," ujar juru bicara perusahaan dikutip dari Reuters.
Langkah ini menjadi sorotan karena Porsche, seperti halnya Audi milik Volkswagen, tidak memiliki fasilitas produksi di AS. Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap tarif impor, terutama di tengah penurunan permintaan global, persaingan ketat di pasar Tiongkok, serta adopsi mobil listrik yang masih lambat.
CFO Porsche, Jochen Breckner, sebelumnya juga telah menegaskan strategi lokalisasi tidak masuk akal mengingat volume penjualan Porsche yang tergolong rendah.
“Lokalisasi tidak masuk akal mengingat penjualan kendaraan kami yang rendah, bahkan jika kami bekerja sama dengan merek lain dalam grup VW,” ujar Breckner pada akhir April.
Sementara itu, Audi telah mengumumkan akan memproduksi model terlarisnya di AS dan akan mengumumkan lokasi pabrik baru tahun ini. Namun, pihak Audi menekankan rencana tersebut telah disusun sebelum masa pemerintahan Donald Trump.
Meski membantah relokasi produksi, Oliver Blume menyatakan dirinya telah berdiskusi dengan pemerintah Washington untuk memperluas kehadiran Grup Volkswagen di AS.
“Saya telah berdiskusi dengan Washington untuk memperluas kehadiran Volkswagen Group di Amerika Serikat melalui investasi besar-besaran,” kata Blume. Namun, ia menolak memberikan rincian lebih lanjut karena alasan kerahasiaan.
Berlin: Porsche memastikan tidak memiliki rencana untuk memindahkan proses produksi kendaraannya ke
Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini disampaikan juru bicara perusahaan pada Jumat (6/6).
Ini sekaligus membantah laporan Bloomberg yang menyebutkan produsen mobil mewah asal Jerman tersebut sedang mempertimbangkan langkah tersebut guna mengurangi dampak tarif perdagangan.
Bloomberg, mengutip sumber anonim, melaporkan CEO Porsche Oliver Blume—yang juga memimpin Grup Volkswagen tengah mempertimbangkan untuk memindahkan tahap akhir perakitan model, seperti pemasangan komponen interior dan ban, ke AS. Namun, pernyataan resmi Porsche membantah adanya rencana semacam itu.
"Porsche tidak memiliki rencana seperti itu," ujar juru bicara perusahaan dikutip dari Reuters.
Langkah ini menjadi sorotan karena Porsche, seperti halnya Audi milik Volkswagen, tidak memiliki fasilitas produksi di AS. Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap tarif impor, terutama di tengah penurunan permintaan global, persaingan ketat di pasar Tiongkok, serta adopsi mobil listrik yang masih lambat.
CFO Porsche, Jochen Breckner, sebelumnya juga telah menegaskan strategi lokalisasi tidak masuk akal mengingat volume penjualan Porsche yang tergolong rendah.
“Lokalisasi tidak masuk akal mengingat penjualan kendaraan kami yang rendah, bahkan jika kami bekerja sama dengan merek lain dalam grup VW,” ujar Breckner pada akhir April.
Sementara itu, Audi telah mengumumkan akan memproduksi model terlarisnya di AS dan akan mengumumkan lokasi pabrik baru tahun ini. Namun, pihak Audi menekankan rencana tersebut telah disusun sebelum masa pemerintahan Donald Trump.
Meski membantah relokasi produksi, Oliver Blume menyatakan dirinya telah berdiskusi dengan pemerintah Washington untuk memperluas kehadiran Grup Volkswagen di AS.
“Saya telah berdiskusi dengan Washington untuk memperluas kehadiran Volkswagen Group di Amerika Serikat melalui investasi besar-besaran,” kata Blume. Namun, ia menolak memberikan rincian lebih lanjut karena alasan kerahasiaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)