Washington: Presiden Amerika Serikat (AS), Donald J Trump, resmi menandatangani proklamasi yang mengaktifkan Section 232 dari Trade Expansion Act of 1962 untuk menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap impor mobil dan suku cadang tertentu.
Kebijakan ini diambil guna melindungi industri otomotif Amerika Serikat yang dianggap vital bagi keamanan nasional dan telah terancam oleh tingginya impor kendaraan serta rantai pasokan industri dalam negeri.
Berdasarkan pernyataan resmi Gedung Putih, tarif sebesar 25 persen ini akan berlaku untuk kendaraan penumpang, termasuk sedan, SUV, crossover, minivan, dan truk ringan. Selain itu, suku cadang utama seperti mesin, transmisi, komponen powertrain dan sistem kelistrikan juga akan terkena dampak kebijakan ini. Pemerintah juga membuka kemungkinan untuk memperluas cakupan tarif terhadap suku cadang lainnya jika diperlukan.
Dampak pada Perjanjian Perdagangan USMCA
Pemerintah AS memberikan pengecualian bagi para importir mobil dari negara yang tergabung dalam United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA). Mereka dapat melakukan sertifikasi kandungan dalam negeri (U.S. content) sehingga tarif 25 persen hanya diterapkan pada nilai kandungan non-AS.
Sementara itu, suku cadang yang memenuhi syarat USMCA akan tetap bebas tarif hingga Departemen Perdagangan AS, bersama Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP), menetapkan proses penerapan tarif terhadap komponen non-AS.
Menjaga Ketahanan Industri Dalam Negeri
Presiden Trump menegaskan kebijakan ini bertujuan mengakhiri praktik perdagangan yang tidak adil dan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat. Pandemi COVID-19 telah memperlihatkan kelemahan dalam rantai pasokan global, yang menghambat upaya menjaga ketahanan industri otomotif dalam negeri.
Sejumlah kebijakan dan perjanjian perdagangan sebelumnya, seperti USMCA dan revisi Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Korea, dinilai belum cukup mengatasi ancaman terhadap industri otomotif domestik. Oleh karena itu, tarif ini diharapkan dapat memperkuat daya saing industri AS dan memastikan ketersediaan produksi dalam negeri untuk kebutuhan keamanan nasional.
Dampak terhadap Industri Otomotif AS
Keputusan Trump untuk menerapkan tarif terhadap mobil dan suku cadang impor bertujuan untuk melindungi dan memperkuat sektor otomotif AS. Selama beberapa dekade terakhir, industri otomotif asing berkembang pesat berkat subsidi dan kebijakan industri agresif, sementara produksi dalam negeri stagnan.
Pada tahun 1985, fasilitas milik produsen Amerika di AS mampu memproduksi 11 juta unit kendaraan, mencakup 97% dari total produksi domestik. Namun, pada tahun 2024, dari sekitar 16 juta kendaraan yang dibeli oleh konsumen AS, setengahnya merupakan impor (8 juta unit). Dari 8 juta unit kendaraan yang diproduksi di AS, kandungan dalam negerinya hanya sekitar 40–50%. Dengan demikian, hanya sekitar 25% dari total kendaraan yang dibeli di AS yang benar-benar bisa dikategorikan sebagai "Buatan Amerika".
Pada tahun 2024, defisit perdagangan AS di sektor suku cadang otomotif mencapai $93,5 miliar. Selain itu, sektor manufaktur suku cadang kendaraan mengalami penurunan jumlah tenaga kerja hingga 286.000 orang atau 34% sejak tahun 2000, dengan total pekerja yang tersisa sekitar 553.300 orang pada 2024.
Sementara itu, riset dan pengembangan (R&D) oleh produsen otomotif AS juga mengalami ketertinggalan. Pada tahun 2023, investasi R&D oleh perusahaan otomotif AS hanya menyumbang 16% dari total belanja R&D global, jauh tertinggal dibandingkan Uni Eropa yang mendominasi 53% belanja R&D dunia.
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS), Donald J Trump, resmi menandatangani proklamasi yang mengaktifkan Section 232 dari Trade Expansion Act of 1962 untuk menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap
impor mobil dan suku cadang tertentu.
Kebijakan ini diambil guna melindungi industri otomotif Amerika Serikat yang dianggap vital bagi keamanan nasional dan telah terancam oleh tingginya impor kendaraan serta rantai pasokan industri dalam negeri.
Berdasarkan pernyataan resmi Gedung Putih, tarif sebesar 25 persen ini akan berlaku untuk kendaraan penumpang, termasuk sedan, SUV, crossover, minivan, dan truk ringan. Selain itu, suku cadang utama seperti mesin, transmisi, komponen powertrain dan sistem kelistrikan juga akan terkena dampak kebijakan ini. Pemerintah juga membuka kemungkinan untuk memperluas cakupan tarif terhadap suku cadang lainnya jika diperlukan.
Dampak pada Perjanjian Perdagangan USMCA
Pemerintah AS memberikan pengecualian bagi para importir mobil dari negara yang tergabung dalam United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA). Mereka dapat melakukan sertifikasi kandungan dalam negeri (U.S. content) sehingga tarif 25 persen hanya diterapkan pada nilai kandungan non-AS.
Sementara itu, suku cadang yang memenuhi syarat USMCA akan tetap bebas tarif hingga Departemen Perdagangan AS, bersama Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP), menetapkan proses penerapan tarif terhadap komponen non-AS.
Menjaga Ketahanan Industri Dalam Negeri
Presiden Trump menegaskan kebijakan ini bertujuan mengakhiri praktik perdagangan yang tidak adil dan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat. Pandemi COVID-19 telah memperlihatkan kelemahan dalam rantai pasokan global, yang menghambat upaya menjaga ketahanan industri otomotif dalam negeri.
Sejumlah kebijakan dan perjanjian perdagangan sebelumnya, seperti USMCA dan revisi Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Korea, dinilai belum cukup mengatasi ancaman terhadap industri otomotif domestik. Oleh karena itu, tarif ini diharapkan dapat memperkuat daya saing industri AS dan memastikan ketersediaan produksi dalam negeri untuk kebutuhan keamanan nasional.
Dampak terhadap Industri Otomotif AS
Keputusan Trump untuk menerapkan tarif terhadap mobil dan suku cadang impor bertujuan untuk melindungi dan memperkuat sektor otomotif AS. Selama beberapa dekade terakhir, industri otomotif asing berkembang pesat berkat subsidi dan kebijakan industri agresif, sementara produksi dalam negeri stagnan.
Pada tahun 1985, fasilitas milik produsen Amerika di AS mampu memproduksi 11 juta unit kendaraan, mencakup 97% dari total produksi domestik. Namun, pada tahun 2024, dari sekitar 16 juta kendaraan yang dibeli oleh konsumen AS, setengahnya merupakan impor (8 juta unit). Dari 8 juta unit kendaraan yang diproduksi di AS, kandungan dalam negerinya hanya sekitar 40–50%. Dengan demikian, hanya sekitar 25% dari total kendaraan yang dibeli di AS yang benar-benar bisa dikategorikan sebagai "Buatan Amerika".
Pada tahun 2024, defisit perdagangan AS di sektor suku cadang otomotif mencapai $93,5 miliar. Selain itu, sektor manufaktur suku cadang kendaraan mengalami penurunan jumlah tenaga kerja hingga 286.000 orang atau 34% sejak tahun 2000, dengan total pekerja yang tersisa sekitar 553.300 orang pada 2024.
Sementara itu, riset dan pengembangan (R&D) oleh produsen otomotif AS juga mengalami ketertinggalan. Pada tahun 2023, investasi R&D oleh perusahaan otomotif AS hanya menyumbang 16% dari total belanja R&D global, jauh tertinggal dibandingkan Uni Eropa yang mendominasi 53% belanja R&D dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)