Jakarta: Suzuki sudah hadir di Indonesia selama 50 tahun lebih di Tanah Air dan mulai membidik produk rendah emisi dan ramah lingkungan untuk menurunkan emisi karbon. Selain itu, pihak pabrikan asal Jepang ini juga membangun sistem produksi pabrik yang ramah lingkungan terhitung sejak tahun 2020 lalu.
Dept. Head of Strategic Planning PT Suzuki Indomobil Sales, Joshi Prasetya, menjelaskan prioritas utama perusahaan saat ini memang berfokus pada target reduksi karbon. Dia menyebutkan Suzuki sangat fokus mengkaji dan menjalankan beragam strategi untuk mencapai target reduksi karbon perusahaan di tahun 2060 mendatang.
"Hal ini tentu sejalan dengan visi Suzuki Global dan pemerintah Indonesia yang juga menargetkan reduksi emisi hingga 41% di tahun 2030, serta Net Zero Emission. Beberapa langkah terintegrasi yang kami kerjakan dalam perjalanan ini dapat dilihat lewat produksi kendaraan yang ramah lingkungan dan rendah emisi, kegiatan CSR dan Peduli Pendidikan yang menjangkau dan mengedukasi banyak siswa daerah di Indonesia, maupun implementasi reduksi karbon di seluruh pabrik Suzuki,” terang Joshi pada Selasa (23-1-2024) di Senayan Jakarta.
Sistem reduksi karbon di lingkungan pabrik didukung oleh sejumlah inisiatif yang penerapannya berfokus untuk mencapai upaya menekan emisi karbon dari hulu hingga ke hilir. Pada tahapan awal, perusahaan menjalankan Suzuki Green Procurement Guideline, yaitu panduan peraturan dan kesepakatan atas pengujian dan pengawasan seluruh vendor yang menyuplai bahan produksi kepada pabrik telah memiliki landasan hukum akan komitmen penjagaan lingkungan dan bebas dari 30 bahan kimia berbahaya yang sudah disahkan secara global.
Hingga tahun 2023, Sistem ini telah mengawasi 464 vendor aktifnya, tujuannya agar konsumen dapat yakin dan tenang seluruh produk aman untuk digunakan dan telah berstandar global. Selain itu, rival Honda dan Mitsubishi ini juga menargetkan setiap vendor untuk dapat mengurangi 5 persen emisi di keseluruhan proses produksinya setiap tahun, dimulai dari tahun 2024. Ini merupakan langkah konkret yang dilakukan untuk menuju upaya reduksi karbon di tahun 2060.
Sejak tahun 2020 hingga 2023 lalu, Suzuki Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi penggunaan energi pada setiap proses produksi melalui metode Kaizen. Di tahun ini dan kedepannya, pabrikan menargetkan beberapa inisiatif diantaranya dengan upaya green energy, yaitu upaya penanaman tanaman sebagai ekosistem yang menunjang mitigasi perubahan iklim dengan penyerapan dan penyimpanan karbon biru yang dapat mengurangi emisi di berbagai wilayah Indonesia.
Kedua adalah upaya green electricity, yaitu penerapan teknologi yang digunakan di pabrik, salah satu yang utama adalah pemanfaatan solar panel di beberapa titik pabrik sebagai sumber energi listrik terbarukan.
Selain itu, Suzuki Indonesia juga akan menerapkan konversi energi dengan penggunaan water boiler yang memungkinkan pemanfaatan ulang energi panas yang dihasilkan dari proses pengecatan kendaraan. Hal ini dilakukan karena proses painting pada dasarnya merupakan penyumbang karbon terbesar dalam proses produksi kendaraan jika dibandingkan dengan proses lainnya seperti pencetakan, pengelasan, perakitan, dan pengecekan kualitas. Sebelum menerapkan konversi energi, proses painting atau pewarnaan yang sangat steril ini menyumbang kurang lebih 50 persen karbon dalam proses produksi kendaraan.
Suzuki Indonesia optimis dapat mencapai target milestone untuk mereduksi karbon lebih dari 41 persen pada tahun 2030 dan mengoptimalkan langkah menuju target reduksi karbon yang lebih besar lagi pada tahun 2060 mendatang.
“Kami percaya reduksi karbon merupakan aspek krusial untuk masa depan bangsa kita. Visi inilah yang mendorong kami untuk terus mengerjakan seluruh strategi reduksi karbon maupun konversi energi terbarukan dalam proses produksi, dan harapannya dapat mencapai taraf smart factory yang netral karbon di masa mendatang,” tutup Joshi.
Jakarta: Suzuki sudah hadir di Indonesia selama 50 tahun lebih di Tanah Air dan mulai membidik produk rendah emisi dan ramah lingkungan untuk menurunkan
emisi karbon. Selain itu, pihak pabrikan asal Jepang ini juga membangun sistem produksi pabrik yang ramah lingkungan terhitung sejak tahun 2020 lalu.
Dept. Head of Strategic Planning PT Suzuki Indomobil Sales, Joshi Prasetya, menjelaskan prioritas utama perusahaan saat ini memang berfokus pada target reduksi karbon. Dia menyebutkan Suzuki sangat fokus mengkaji dan menjalankan beragam strategi untuk mencapai target reduksi karbon perusahaan di tahun 2060 mendatang.
"Hal ini tentu sejalan dengan visi Suzuki Global dan pemerintah Indonesia yang juga menargetkan reduksi emisi hingga 41% di tahun 2030, serta Net Zero Emission. Beberapa langkah terintegrasi yang kami kerjakan dalam perjalanan ini dapat dilihat lewat produksi kendaraan yang ramah lingkungan dan rendah emisi, kegiatan CSR dan Peduli Pendidikan yang menjangkau dan mengedukasi banyak siswa daerah di Indonesia, maupun implementasi reduksi karbon di seluruh pabrik Suzuki,” terang Joshi pada Selasa (23-1-2024) di Senayan Jakarta.
Sistem reduksi karbon di lingkungan pabrik didukung oleh sejumlah inisiatif yang penerapannya berfokus untuk mencapai upaya menekan emisi karbon dari hulu hingga ke hilir. Pada tahapan awal, perusahaan menjalankan Suzuki Green Procurement Guideline, yaitu panduan peraturan dan kesepakatan atas pengujian dan pengawasan seluruh vendor yang menyuplai bahan produksi kepada pabrik telah memiliki landasan hukum akan komitmen penjagaan lingkungan dan bebas dari 30 bahan kimia berbahaya yang sudah disahkan secara global.
Hingga tahun 2023, Sistem ini telah mengawasi 464 vendor aktifnya, tujuannya agar konsumen dapat yakin dan tenang seluruh produk aman untuk digunakan dan telah berstandar global. Selain itu, rival Honda dan Mitsubishi ini juga menargetkan setiap vendor untuk dapat mengurangi 5 persen emisi di keseluruhan proses produksinya setiap tahun, dimulai dari tahun 2024. Ini merupakan langkah konkret yang dilakukan untuk menuju upaya reduksi karbon di tahun 2060.
Sejak tahun 2020 hingga 2023 lalu, Suzuki Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi penggunaan energi pada setiap proses produksi melalui metode Kaizen. Di tahun ini dan kedepannya, pabrikan menargetkan beberapa inisiatif diantaranya dengan upaya green energy, yaitu upaya penanaman tanaman sebagai ekosistem yang menunjang mitigasi perubahan iklim dengan penyerapan dan penyimpanan karbon biru yang dapat mengurangi emisi di berbagai wilayah Indonesia.
Kedua adalah upaya green electricity, yaitu penerapan teknologi yang digunakan di pabrik, salah satu yang utama adalah pemanfaatan solar panel di beberapa titik pabrik sebagai sumber energi listrik terbarukan.
Selain itu, Suzuki Indonesia juga akan menerapkan konversi energi dengan penggunaan water boiler yang memungkinkan pemanfaatan ulang energi panas yang dihasilkan dari proses pengecatan kendaraan. Hal ini dilakukan karena proses painting pada dasarnya merupakan penyumbang karbon terbesar dalam proses produksi kendaraan jika dibandingkan dengan proses lainnya seperti pencetakan, pengelasan, perakitan, dan pengecekan kualitas. Sebelum menerapkan konversi energi, proses painting atau pewarnaan yang sangat steril ini menyumbang kurang lebih 50 persen karbon dalam proses produksi kendaraan.
Suzuki Indonesia optimis dapat mencapai target milestone untuk mereduksi karbon lebih dari 41 persen pada tahun 2030 dan mengoptimalkan langkah menuju target reduksi karbon yang lebih besar lagi pada tahun 2060 mendatang.
“Kami percaya reduksi karbon merupakan aspek krusial untuk masa depan bangsa kita. Visi inilah yang mendorong kami untuk terus mengerjakan seluruh strategi reduksi karbon maupun konversi energi terbarukan dalam proses produksi, dan harapannya dapat mencapai taraf smart factory yang netral karbon di masa mendatang,” tutup Joshi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)