Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, menekankan pentingnya transparansi dalam investigasi kasus tersebut agar tidak menurunkan kepercayaan konsumen terhadap kendaraan listrik.
"Di sini, transparansi hasil investigasi dan tindakan korektif, seperti pembaruan sistem atau recall (penarikan kembali) jelas akan sangat menentukan kepercayaan konsumen," kata Yannes kepada Antara.
Yannes mengatakan insiden tersebut perlu segera diselidiki agar diketahui secara pasti penyebabnya. Menurutnya, penyelidikan yang terbuka dan informasi yang jelas mengenai penyebab masalah sangat penting guna menghindari munculnya spekulasi tentang keamanan mobil listrik yang dapat memengaruhi kepercayaan konsumen.
Baca Juga: GAIKINDO: Pasar Mobil Baru di Indonesia Berpotensi Tembus 3 Juta Unit per Tahun |
Ia juga mengingatkan pentingnya edukasi kepada pemilik kendaraan listrik terkait penggunaan Battery Electric Vehicle (BEV), termasuk pemahaman tentang pengisian daya, penyimpanan, dan perawatan baterai.
"Bagaimanapun juga BEV adalah teknologi yang masih baru di Indonesia. Untuk itu, sejak membeli BEV pemilik harus memahami panduan dari pabrikan, termasuk cara pengisian daya, penyimpanan, dan perawatan baterai," katanya.
"Pastikan hanya memakai charger resmi atau yang direkomendasikan untuk menghindari risiko overcharging," ia menambahkan.
Sebelumnya Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat, Syarifudin, melaporkan mobil Seal yang diparkir selama tiga hari tiba-tiba mengeluarkan asap dan suara ledakan.
Baca Juga: BYD Boyong Teknologi DiSus-C ke Seal untuk Indonesia, Harga Naik? |
"Mobil di garasi rumah tidak terpakai selama tiga hari tiba-tiba mengeluarkan asap," ujarnya, menambahkan bahwa suara ledakan juga dilaporkan terdengar di lokasi kejadian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News