Jakarta: Ketersediaan infrastruktur, termasuk stasiun pengisian listrik umum (SPLU), menjadi salah satu syarat wajib untuk mengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Jumlah dan lokasi SPLU juga memainkan peranan penting kondisi jalanan di Indonesia ini beraneka ragam, mulai dari segi kontur jalan hingga kepadatan lalu lintasnya.
Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja, menilai tantangan pemerintah sekarang ini untuk mempopulerkan kendaraan listrik adalah soal ketersediaan SPLU di Indonesia. Ketersediaan SPLU ini akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan listrik dari masyarakat, dan akhirnya berujung kepada keterjangkauan harga karena skala ekonomisnya terpenuhi.
“Ini syarat yang vital. Tanpa SPKLU dalam jumlah memadai, sepertinya akan sulit membuat distribusi mobil listrik menyeluruh,” ucap Hari melalui diskusi Diskusi Virtual Industri Otomotif.
Dia menekankan saat pembangunan SPLU dilakukan, harus juga melihat bagaimana situasi dan daerah tersebut seperti kondisi lalu lintas serta topografinya. Apabila di jalanan yang padat kendaraan serta macet, atau di daerah yang menanjak, tentu membutuhkan SPLU karena ini berpengaruh terhadap penggunaan energinya.
“Kalau menurut pemahaman kami di BPPT, salah satu kajian kami adalah penempatan stasiun pengecasan mobil listrik yang ideal. Faktor–faktor itu memang harus sangat diperhatikan, terutama dari pola arus lalu lintas, densitas, volume, dan lain sebagainya. Itu yang nanti akan disambungkan dengan konsumsi baterai sesuai teknologi saat ini,” papar Hari.
Namun hingga saat ini, diakui Hari, belum ada kajian yang menyinggung mengenai jarak ideal atau pemilihan lokasi yang tepat dalam pembangunan SPLU. Sehingga hal ini harus diperhatikan dan menjadi tugas para seluruh pemangku kepentingan terkait.
"Terlalu banyak stasiun pengecasan, enggak efektif juga dari sisi sustainability (keberlangsungan infrastruktur),” tegasnya.
Jakarta: Ketersediaan infrastruktur, termasuk stasiun pengisian listrik umum (SPLU), menjadi salah satu syarat wajib untuk mengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Jumlah dan lokasi SPLU juga memainkan peranan penting kondisi jalanan di Indonesia ini beraneka ragam, mulai dari segi kontur jalan hingga kepadatan lalu lintasnya.
Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja, menilai tantangan pemerintah sekarang ini untuk mempopulerkan kendaraan listrik adalah soal ketersediaan SPLU di Indonesia. Ketersediaan SPLU ini akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan listrik dari masyarakat, dan akhirnya berujung kepada keterjangkauan harga karena skala ekonomisnya terpenuhi.
“Ini syarat yang vital. Tanpa SPKLU dalam jumlah memadai, sepertinya akan sulit membuat distribusi mobil listrik menyeluruh,” ucap Hari melalui diskusi Diskusi Virtual Industri Otomotif.
Dia menekankan saat pembangunan SPLU dilakukan, harus juga melihat bagaimana situasi dan daerah tersebut seperti kondisi lalu lintas serta topografinya. Apabila di jalanan yang padat kendaraan serta macet, atau di daerah yang menanjak, tentu membutuhkan SPLU karena ini berpengaruh terhadap penggunaan energinya.
“Kalau menurut pemahaman kami di BPPT, salah satu kajian kami adalah penempatan stasiun pengecasan mobil listrik yang ideal. Faktor–faktor itu memang harus sangat diperhatikan, terutama dari pola arus lalu lintas, densitas, volume, dan lain sebagainya. Itu yang nanti akan disambungkan dengan konsumsi baterai sesuai teknologi saat ini,” papar Hari.
