Jakarta: Baterai merupakan salah satu komponen utama dari sebuah kendaraan listrik, khususnya mobil listrik memerlukan banyak baterai. Tentu saja harga baterai ini kemudian menjadi salah satu penentu harga sebuah mobil listrik.
Dalam 5 tahun ke belakang, Bloomberg NEF mencatat harga baterai terus menurun. Sayangnya untuk tahun depan diprediksi harganya akan naik.
Mereka menunjukan harga baterai mobil listrik sekarang berada di kisaran USD118 (sekitar Rp1,7 jutaan) per kWh. Pada baterai sel, harganya tercatat USD97 (sekitar Rp1,4 jutaan) per kWh dan sel baterai menyumbang 82 persen dari harga satu paket baterai.
Kenaikan harga ini dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari peningkatan produksi menggunakan kimia katoda dengan biaya yang rendah menggantikan kobalt yang menggunakan katoda berbasis nikel. Jika tren ini bertahan, maka diprediksi harga sel baterai bisa mencapai USD100 pada tahun 2024.
Selain itu, kenaikan juga bisa disebabkan oleh harga lithium yang meningkat di tahun ini. Harga material utama yang meningkat jelas akan berpengaruh terhadap harga baterai yang lebih mahal lagi.
“Meskipun harga baterai turun secara keseluruhan di tahun 2021, pada paruh kedua tahun ini harga telah meningkat. Ini menciptakan lingkungan yang sulit bagi pembuat mobil, terutama di Eropa, yang harus meningkatkan penjualan EV untuk memenuhi standar emisi armada rata-rata. Pembuat mobil ini sekarang mungkin harus membuat pilihan antara mengurangi margin mereka atau meneruskan biaya dengan risiko membuat konsumen tidak membeli EV," tulis Jelas James Frith dalam laporannya.
Mobil Listrik Di Indonesia Masih Mahal
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). menilai harga mobil listrik murni (battery electric vehicle-BEV) masih tergolong mahal karena mencapai Rp600 juta. Padahal, daya beli masyarakat Indonesia untuk mobil masih di bawah Rp 300 juta. Itu artinya, ada selisih Rp 300 juta yang harus dipersempit untuk mendongkrak penjualan mobil listrik
“PDB per kapita Indonesia saat ini masih di kisaran USD4.000, sehingga daya beli masyarakat untuk mobil masih di bawah Rp300 juta,” kata Ketua V Gaikindo, Shodiq Wicaksono, melalui jumpa pers virtual.
Mahalnya harga mobil listrik ini membuat penetrasi mobil listrik di Indonesia masih relatif rendah, belum mencapai 1 persen dari total pasar.
Berdasarkan data Gaikindo, per September 2021, penjualan BEV mencapai 611 unit, hanya 0,1 persen dari total pasar, sedangkan plug-in hybrid terjual 44 unit, dan penjualan hybrid mencapai 1.737 unit atau 0,3 persen.
“Meskipun harga baterai turun secara keseluruhan di tahun 2021, pada paruh kedua tahun ini harga telah meningkat. Ini menciptakan lingkungan yang sulit bagi pembuat mobil, terutama di Eropa, yang harus meningkatkan penjualan EV untuk memenuhi standar emisi armada rata-rata. Pembuat mobil ini sekarang mungkin harus membuat pilihan antara mengurangi margin mereka atau meneruskan biaya dengan risiko membuat konsumen tidak membeli EV," tulis Jelas James Frith dalam laporannya.
Mobil Listrik Di Indonesia Masih Mahal
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). menilai harga mobil listrik murni (battery electric vehicle-BEV) masih tergolong mahal karena mencapai Rp600 juta. Padahal, daya beli masyarakat Indonesia untuk mobil masih di bawah Rp 300 juta. Itu artinya, ada selisih Rp 300 juta yang harus dipersempit untuk mendongkrak penjualan mobil listrik
“PDB per kapita Indonesia saat ini masih di kisaran USD4.000, sehingga daya beli masyarakat untuk mobil masih di bawah Rp300 juta,” kata Ketua V Gaikindo, Shodiq Wicaksono, melalui jumpa pers virtual.
Mahalnya harga mobil listrik ini membuat penetrasi mobil listrik di Indonesia masih relatif rendah, belum mencapai 1 persen dari total pasar.
Berdasarkan data Gaikindo, per September 2021, penjualan BEV mencapai 611 unit, hanya 0,1 persen dari total pasar, sedangkan plug-in hybrid terjual 44 unit, dan penjualan hybrid mencapai 1.737 unit atau 0,3 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)