Jakarta: Pertumbuhan populasi kendaraan listrik di Indonesia tentu membutuhkan keberadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk menunjang mobilitasnya. Lantas apakah bisnis SPKLU saat ini sudah menjanjikan?
Populix baru saja merilis hasil riset dengan judul Electric Vehicle Dynamics: Unveiling Consumer Perspectives and Market Insights. Salah satu poin yang diutarakan dalam riset tersebut adalah kebiasaan pengguna mobil listrik untuk melakukan pengecasan baterai.
Dari seluruh responden pemilik EV berusia 17-45 tahun, pengguna cenderung mengisi daya kendaraannya di rumah atau 59 persen dari total responden. Sementara pengguna EV hanya 15 persen yang tertarik mengisi daya di SPKLU.
Kemudian disebutkan juga lokasi penukaran baterai kendaraan listrik yang paling populer adalah milik merek resmi dengan ketertarikan responden hingga 78 persen. Sedangkan intensitas pengisian daya di SPKLU terungkap hanya satu kali seminggu dan hanya sebagian kecil yang menggunakannya setiap hari.
"Penggunaan SPKLU atau bervariasi di mana 55 persen melakukan pengisian daya di tempat tersebut, setidaknya satu kali seminggu dan bahkan sebagian kecil menggunakannya setiap hari," kata CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, di Jakarta.
Banyak Konsumen Mobil Listrik Cemas akan Isi Baterai
Hasil riset tersebut juga menyebutkan 65 persen pengguna kendaraan listrik masih memiliki kekhawatiran terkait sisa baterai saat berkendara. Selain itu isu-isu kapasitas jarak tempuh yang terbatas sebesar 61 persen serta bengkel yang tidak menerima perbaikan kendaraan ev sebanyak 49 persen.
Timothy Astandu menyatakan kolaborasi antara regulator dan produsen EV sangat penting untuk mengatasi tantangan seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya. Hal ini krusial untuk integrasi kendaraan listrik dalam mobilitas sehari-hari konsumen.
"Sinergi antara regulator dan produsen EV adalah kunci untuk mendorong adopsi kendaraan listrik secara lebih luas serta meningkatkan pertumbuhan industri ini di Indonesia," tambah Astandu.
Jakarta: Pertumbuhan populasi
kendaraan listrik di Indonesia tentu membutuhkan keberadaan Stasiun Pengisian
Kendaraan Listrik Umum (
SPKLU) untuk menunjang mobilitasnya. Lantas apakah bisnis SPKLU saat ini sudah menjanjikan?
Populix baru saja merilis hasil riset dengan judul Electric Vehicle Dynamics: Unveiling Consumer Perspectives and Market Insights. Salah satu poin yang diutarakan dalam riset tersebut adalah kebiasaan pengguna mobil listrik untuk melakukan pengecasan baterai.
Dari seluruh responden pemilik EV berusia 17-45 tahun, pengguna cenderung mengisi daya kendaraannya di rumah atau 59 persen dari total responden. Sementara pengguna EV hanya 15 persen yang tertarik mengisi daya di SPKLU.
Kemudian disebutkan juga lokasi penukaran baterai kendaraan listrik yang paling populer adalah milik merek resmi dengan ketertarikan responden hingga 78 persen. Sedangkan intensitas pengisian daya di SPKLU terungkap hanya satu kali seminggu dan hanya sebagian kecil yang menggunakannya setiap hari.
"Penggunaan SPKLU atau bervariasi di mana 55 persen melakukan pengisian daya di tempat tersebut, setidaknya satu kali seminggu dan bahkan sebagian kecil menggunakannya setiap hari," kata CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, di Jakarta.
Banyak Konsumen Mobil Listrik Cemas akan Isi Baterai
Hasil riset tersebut juga menyebutkan 65 persen pengguna kendaraan listrik masih memiliki kekhawatiran terkait sisa baterai saat berkendara. Selain itu isu-isu kapasitas jarak tempuh yang terbatas sebesar 61 persen serta bengkel yang tidak menerima perbaikan kendaraan ev sebanyak 49 persen.
Timothy Astandu menyatakan kolaborasi antara regulator dan produsen EV sangat penting untuk mengatasi tantangan seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya. Hal ini krusial untuk integrasi kendaraan listrik dalam mobilitas sehari-hari konsumen.
"Sinergi antara regulator dan produsen EV adalah kunci untuk mendorong adopsi kendaraan listrik secara lebih luas serta meningkatkan pertumbuhan industri ini di Indonesia," tambah Astandu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)