Jakarta: Pemerintah sudah mempersiapkan target penurunan emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030. Agar target tercapai maka perlu mendapatkan dukungan dari berbagai sektor, termasuk sektor otomotif.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi, menjelaskan mereka sudah mempersiapkan peta jalan industri otomotif untuk mendukung penurunan emisi gas buang di Indonesia. Dia mengakui pemerintah sudah mempersiapkan langkah-langkah melalui kendaraan LCEV (Low Carbon Emission Vehicle) hingga BEV (Battery Electric Vehicle).
"Arah kebijakan pengembangan emisi hijau untuk ekonomi yang berkelanjutan terdapat program pengembangan produk hijau melalui pengembangan kendaraan rendah emisi atau LCEV dan BEV. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, evolusi kendaraan ramah lingkungan atau green transportation diawali dengan LCGC (Low Cost and Green Car) yang emisinya masih berasal dari bensin atau solar tetapi memiliki emisi gas yang rendah," buka Doddy Rahadi Senin (27/3/2021) di Indonesia Green Summit 2021. yang diselenggarakan oleh Media Group News (MGN).
"Sehubungan dengan dilanjutkan pengembangan menuju kendaraan bermotor listrik yang dimulai dari kendaraan hybrid, yang merupakan jaringan penggunaan sumber energi sulfur (bahan bakar minyak) yang merupakan sumber utama energinya dengan tambahan baterai listrik yang bertujuan efisiensi penggunaan bahan bakarnya. Kemudian transformasi berlanjut adalah Plug-in Hybrid yang merupakan gabungan penggunaan sumber energi sulfur (bahan bakar minyak) dengan listrik dengan mengoptimalkan tenaga baterai."
"Selanjutnya ada BEV atau yang kita kenal dengan istilah KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) yang murni menggunakan tenaga listrik dan baterai, serta Fuel Cell Electric Vehicle (FVC) yang sumber energinya berasal dari hidrogen sebagai tambahan," tegas Doddy.
Kendaraan-kendaraan ramah lingkungan ini, terang Doddy, akan mendukung target pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030 mendatang. Target penurunan emisi gas rumah kaca ini oleh Indonesia sudah ada di dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Republik Indonesia yang pertama pada bulan November 2016 dengan ditetapkannya target unconditional sebesar 29 persen dan target conditional sampai dengan 41 persen dibandingkan skenario business as usual (BAU) di tahun 2030. Secara nasional, target penurunan emisi pada tahun 2030 berdasarkan NDC adalah sebesar 834 juta ton CO2e pada target unconditional (CM1) dan sebesar 1,081 juta ton CO2e pada target conditional (CM2).
Dalam mendukung ini, Kementerian Perindustrian kemudian menargetkan produksi mobil berbasis baterai atau murni listrik pada 2030 mencapai 600 ribu unit. Sementara produksi sepeda motor listrik ditargetkan mencapai 2,45 juta unit.
Jadi artinya kendaraan listrik ini, kita punya target. Target yang disampaikan bahwa dalam hubungannya mencapai target produksi kendaraan listrik perlu dikembangkan sebuah ekosistem yang akan menggunakan berikut kendaraan-kendaraan listrik di Indonesia," ujar Doddy.
Jakarta: Pemerintah sudah mempersiapkan target penurunan emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030. Agar target tercapai maka perlu mendapatkan dukungan dari berbagai sektor, termasuk sektor otomotif.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi, menjelaskan mereka sudah mempersiapkan peta jalan industri otomotif untuk mendukung penurunan emisi gas buang di Indonesia. Dia mengakui pemerintah sudah mempersiapkan langkah-langkah melalui kendaraan LCEV (Low Carbon Emission Vehicle) hingga BEV (Battery Electric Vehicle).
"Arah kebijakan pengembangan emisi hijau untuk ekonomi yang berkelanjutan terdapat program pengembangan produk hijau melalui pengembangan kendaraan rendah emisi atau LCEV dan BEV. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, evolusi kendaraan ramah lingkungan atau green transportation diawali dengan LCGC (Low Cost and Green Car) yang emisinya masih berasal dari bensin atau solar tetapi memiliki emisi gas yang rendah," buka Doddy Rahadi Senin (27/3/2021) di Indonesia Green Summit 2021. yang diselenggarakan oleh Media Group News (MGN).
"Sehubungan dengan dilanjutkan pengembangan menuju kendaraan bermotor listrik yang dimulai dari kendaraan hybrid, yang merupakan jaringan penggunaan sumber energi sulfur (bahan bakar minyak) yang merupakan sumber utama energinya dengan tambahan baterai listrik yang bertujuan efisiensi penggunaan bahan bakarnya. Kemudian transformasi berlanjut adalah Plug-in Hybrid yang merupakan gabungan penggunaan sumber energi sulfur (bahan bakar minyak) dengan listrik dengan mengoptimalkan tenaga baterai."
"Selanjutnya ada BEV atau yang kita kenal dengan istilah KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) yang murni menggunakan tenaga listrik dan baterai, serta Fuel Cell Electric Vehicle (FVC) yang sumber energinya berasal dari hidrogen sebagai tambahan," tegas Doddy.