Jakarta: Penggunaan kendaraan listrik menjadi salah satu cara untuk menurunkan emisi gas buang. Dunia aviasi pun juga membutuhkan kendaraan listrik untuk berbagai kebutuhan, dan menjadikan industri penerbangan bisa mencapai usaha dengan netralitas karbon.
Direktur Utama Garuda Maintenance Facility (GMF), Andi Fahrurrozi, menyebutkan dunia aviasi membutuhkan kendaraan untuk mengangkut bagasi atau untuk mendorong pesawat. Kendaraan model ini sedang dikembangkan di seluruh dunia dengan tujuan menghemat bahan bakar, mengurangi CO2 dan mengurangi insiden.
“Kita telah bekerjasama dengan berbagai universitas dan kita fasilitasi ketika mereka mau melakukan penelitian, dan kita ajukan proposal bersama antara GMF dengan pihak kampus. Saat ini, beberapa proposal kita telah disetujui dan mendapat pendanaan dari Kemendikbudristek," beber Andi di Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022.
"Pengembangan yang sedang kita lakukan bersama Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) adalah push back tug, material handling serta automatic guided vehicle yang bekerja sama dengan kampus Universitas Bandar Lampung (UBL).” papar Andi.
Andi menegaskan harapannya agar Indonesia bisa menciptakan kendaraan elektrik untuk dunia aviasi karena berbagai kendaraan listrik yang ada di dunia aviasi saat ini masih didominasi impor. Dia berharap ada produsen lokal yang bisa memenuhi kebutuhan kendaraan untuk mereka.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Frans Teguh, menambahkan bahwa semangat Garuda Indonesia sejalan dengan fokus pemerintah dalam menciptakan Green Economy serta Sustainable Tourism. terlebih, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan industri volatile yang memiliki banyak isu permasalahan yang harus dihadapi apabila ingin mencapai keberlanjutan.
“Sektor pariwisata pada Green Economy adalah kegiatan pariwisata yang memperhatikan konteks sosial, ekonomi, budaya ada lingkungan mereka. Dan data juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah global traveller atau pelancong dalam negeri sekalipun dengan ringan hati berpartisipasi dalam pariwisata berkelanjutan.” papar Frans teguh
Berbagai program yang diluncurkan Kemenparekraf untuk mendukung hal tersebut, salah satunya adalah Carbon Footprint di Taman Nasional Bali Barat dan penggunaan kendaraan listrik di sebuah desa wisata.
Jakarta: Penggunaan kendaraan listrik menjadi salah satu cara untuk menurunkan emisi gas buang. Dunia aviasi pun juga membutuhkan kendaraan listrik untuk berbagai kebutuhan, dan menjadikan industri penerbangan bisa mencapai usaha dengan netralitas karbon.
Direktur Utama Garuda Maintenance Facility (GMF), Andi Fahrurrozi, menyebutkan dunia aviasi membutuhkan kendaraan untuk mengangkut bagasi atau untuk mendorong pesawat. Kendaraan model ini sedang dikembangkan di seluruh dunia dengan tujuan menghemat bahan bakar, mengurangi CO2 dan mengurangi insiden.
“Kita telah bekerjasama dengan berbagai universitas dan kita fasilitasi ketika mereka mau melakukan penelitian, dan kita ajukan proposal bersama antara GMF dengan pihak kampus. Saat ini, beberapa proposal kita telah disetujui dan mendapat pendanaan dari Kemendikbudristek," beber Andi di Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022.
"Pengembangan yang sedang kita lakukan bersama Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) adalah push back tug, material handling serta automatic guided vehicle yang bekerja sama dengan kampus Universitas Bandar Lampung (UBL).” papar Andi.
Andi menegaskan harapannya agar Indonesia bisa menciptakan kendaraan elektrik untuk dunia aviasi karena berbagai kendaraan listrik yang ada di dunia aviasi saat ini masih didominasi impor. Dia berharap ada produsen lokal yang bisa memenuhi kebutuhan kendaraan untuk mereka.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Frans Teguh, menambahkan bahwa semangat Garuda Indonesia sejalan dengan fokus pemerintah dalam menciptakan Green Economy serta Sustainable Tourism. terlebih, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan industri volatile yang memiliki banyak isu permasalahan yang harus dihadapi apabila ingin mencapai keberlanjutan.
“Sektor pariwisata pada Green Economy adalah kegiatan pariwisata yang memperhatikan konteks sosial, ekonomi, budaya ada lingkungan mereka. Dan data juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah global traveller atau pelancong dalam negeri sekalipun dengan ringan hati berpartisipasi dalam pariwisata berkelanjutan.” papar Frans teguh
Berbagai program yang diluncurkan Kemenparekraf untuk mendukung hal tersebut, salah satunya adalah Carbon Footprint di Taman Nasional Bali Barat dan penggunaan kendaraan listrik di sebuah desa wisata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)