Jakarta: Pemerintah memastikan proyek pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia tetap berjalan meski LG Energy Solution memutuskan mundur dari sebagian proyek dalam skema Indonesia Grand Package.
Posisi LG kini resmi digantikan oleh perusahaan asal China, Huayou, yang akan melanjutkan investasi strategis bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia.
"(LG) telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, bersama BUMN kita," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dikutip dari Antara.
Bahlil menegaskan pergantian investor merupakan hal yang lumrah dalam proyek-proyek berskala besar. Ia mengajak masyarakat untuk tidak meragukan komitmen pemerintah dalam mengawal ambisi besar Indonesia menjadi pusat industri kendaraan listrik dunia.
"Yang penting bagi kami adalah bahwa semua mitra tetap berkomitmen, dan pemerintah hadir untuk memastikan proses transisi berlangsung lancar. Proyek ini sudah berjalan, sebagian telah diresmikan dan mulai produksi, dan sisanya akan terus kami kawal hingga tuntas sesuai target,” lanjutnya.
Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LG sebelumnya telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia sejak 2020 untuk membangun rantai pasok baterai EV yang terintegrasi, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor dan bahan katode, hingga pembuatan sel baterai.
Sebagai bukti komitmen investasi tersebut, Presiden Joko Widodo pada 3 Juli 2024 meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia di Karawang, Jawa Barat. Pabrik ini dikelola oleh PT HLI Green Power, hasil kolaborasi Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, dengan kapasitas produksi mencapai 10 GWh per tahun.
menurut laporan Yonhap pada Jumat (18/4), konsorsium yang juga melibatkan LG Chem, LX International Corp, dan sejumlah mitra lainnya, memutuskan untuk menarik proyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun).
Langkah ini diambil setelah evaluasi bersama pemerintah Indonesia terkait perlambatan pasar kendaraan listrik global atau yang disebut 'jurang EV'.
"Namun, kami akan melanjutkan bisnis kami yang ada di Indonesia, seperti pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), usaha patungan kami dengan Hyundai Motor Group," kata perwakilan konsorsium.
Jakarta: Pemerintah memastikan proyek pengembangan ekosistem
kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia tetap berjalan meski
LG Energy Solution memutuskan mundur dari sebagian proyek dalam skema Indonesia Grand Package.
Posisi LG kini resmi digantikan oleh perusahaan asal China, Huayou, yang akan melanjutkan investasi strategis bersama Badan Usaha Milik Negara (
BUMN) Indonesia.
"(LG) telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, bersama BUMN kita," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dikutip dari Antara.
Bahlil menegaskan pergantian investor merupakan hal yang lumrah dalam proyek-proyek berskala besar. Ia mengajak masyarakat untuk tidak meragukan komitmen pemerintah dalam mengawal ambisi besar Indonesia menjadi pusat industri kendaraan listrik dunia.
"Yang penting bagi kami adalah bahwa semua mitra tetap berkomitmen, dan pemerintah hadir untuk memastikan proses transisi berlangsung lancar. Proyek ini sudah berjalan, sebagian telah diresmikan dan mulai produksi, dan sisanya akan terus kami kawal hingga tuntas sesuai target,” lanjutnya.
Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LG sebelumnya telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia sejak 2020 untuk membangun rantai pasok baterai EV yang terintegrasi, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor dan bahan katode, hingga pembuatan sel baterai.
Sebagai bukti komitmen investasi tersebut, Presiden Joko Widodo pada 3 Juli 2024 meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia di Karawang, Jawa Barat. Pabrik ini dikelola oleh PT HLI Green Power, hasil kolaborasi Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, dengan kapasitas produksi mencapai 10 GWh per tahun.
menurut laporan Yonhap pada Jumat (18/4), konsorsium yang juga melibatkan LG Chem, LX International Corp, dan sejumlah mitra lainnya, memutuskan untuk menarik proyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun).
Langkah ini diambil setelah evaluasi bersama pemerintah Indonesia terkait perlambatan pasar kendaraan listrik global atau yang disebut 'jurang EV'.
"Namun, kami akan melanjutkan bisnis kami yang ada di Indonesia, seperti pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), usaha patungan kami dengan Hyundai Motor Group," kata perwakilan konsorsium.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)